Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki umurnya masing-masing, mulai dari ruh ditiupkan kedalam jasad di umur 4 bulan dalam kandungan, kemudian dilahirkan kedunia ini, menjalani kehidupan dunia, kemudian mati dan masuk ke kehidupan selanjutnya.
Dalam perjalanan itu, setiap manusia memikul janji yang sama tatkala ruh ditiupkan
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS. 7 : 172)
Itulah janji yang dipikul oleh seluruh manusia, janji tauhid manusia kepada Allah s.w.t, itulah awal manusia.
Manusia pun memiliki akhir dari waktu yang telah diberikan
Dan setiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang batas waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.(QS. Al-A’raf: 34)
Kemudian, diantara awal dan akhir itu, apa yang dilakukan manusia?
Sebagaimana dalam ayat (yang artinya), “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
ya, itulah yang harus dilakukan manusia ketika berada di antara awal kehidupan dan akhir kehidupan, tetapi dengan berjalannya waktu, manusia bisa berubah didalam perjalanannya, menjadi golongan yang lemah atau cerdas
Maka itulah ketika Rasulullah Saw ditanya, siapakah orang yang sebenarnya paling cerdas, beliau menjawab,
Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menundukkan hawa nafsu dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah dengan panjang angan-angan (Tuulul ‘amal).
Sahabat Abdullah bin Umar pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya diantara mereka”. Lalu bertanya lagi, ‘‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’’. Beliau menjawab:
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)
Mudah-mudahan, diantara awal dan akhir kehidupan ini kita bisa menjadi orang yang cerdas