Loading...

08 March 2010

FatahKun

Meninggalkan Al-Quran

 
Oleh : Danni Nursalim Harun

”Sesungguhnya, Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS Al Israa [19]: 9).

Alquran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan Allah bagi umat manusia. Bagi umat Islam, Alquran adalah pegangan hidup yang akan mengantarkannya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Seiring perjalanan waktu yang merupakan sunnatullah dalam kehidupan setiap umat manusia, kaum Muslimin mulai meninggalkan Alquran sedikit demi sedikit. Hal itu telah termaktub di dalam Alquran, ”Berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran itu sesuatu yang tidak ditinggalkan’.” (QS Alfurqan [25]: 30).

Ada beberapa bentuk meninggalkan Alquran. Setiap bentuk memiliki perbedaan kadarnya dengan yang lainnya, sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnu Qayyim Al Jawziyah. Adapun bentuk-bentuk meninggalkan Alquran sebagai berikut. Pertama, tidak mau mendengarkannya, mengimaninya, dan memerhatikannya. Hal itu telah menyelisihi perintah Allah SWT, ”Dan, apabila dibacakan Alquran, dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al A’raaf [7]: 204).

Kedua, tidak mengamalkannya dengan tidak memerhatikan apa yang telah dihalalkan dan diharamkannya walaupun ia membacanya dan mengimaninya. Padahal, dalam ayat yang disebutkan di atas, Alquran adalah petunjuk ke jalan yang lurus. Berarti, jika tidak melaksanakan Alquran, kesesatan menjadi sebuah kepastian.

Ketiga, tidak mau berhukum dengan Alquran, baik dalam masalah akidah maupun yang lainnya. Kemudian, menganggap bahwa Alquran tidak memberikan keyakinan dan lafaz-lafaznya tidak menghasilkan keilmuan. Allah SWT berfirman, ”Dan, Kami turunkan kepadamu Alkitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS Annahl [16]: 89).

Keempat, tidak merenungkannya, memahaminya, dan tidak berusaha untuk mengetahui keinginan Sang Pembicara di dalam Alquran, yaitu Allah SWT. Firman Allah, ”Maka, apakah mereka tidak memerhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS Annisa [4]: 82).

Marilah kita kembali kepada Alquran dengan membacanya, mendengarkannya, menelaahnya, serta mengamalkannya. Agar kita tidak termasuk dalam salah satu orang yang meninggalkan Alquran. Wallahu a’lam bishshawab.

Kutipan dari : pwk persis