Abdullah bin Muhammad berkata,
"Aku pergi menuju tepi pantai untuk ribath. Tatkala auku tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapangan. Dan di dataran itu terdapat kemah yang di dalamnya ada seorang laki-laki yang buntung kedua tangan dan kedua kakinya, dan pendengarannya telah lemah serta matanya telah rabun. Nyaris tak satupun anggota tubuhnyapun yang berfungsi selain lisannya, orang itu berkata, "Ya Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memuji-Mu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan."
Demi Allah aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini, apakah ia faham dan sadar dengan apa yang diucapkannya itu?, ataukah ucapan itu merupakan ilham yang diberikan kepadanya??.
Akupun mendatanginya, mengucapkan salam kepadanya, lalu kukatakan kepadanya, "Aku mendengar engkau tadi berdoa seperti itu, maka nikmat manakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut?? dan kelebihan apakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu hingga engkau mensyukurinya??"
Orang itu berkata, "Tidakkah engkau melihat apa yang telah dilakukan oleh Rabbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Dia mengirim halilintar kepadaku hingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku hingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka semua itu tidak mempengaruhi aku kecuali semakin membuatku bersyukur kepada-Nya, karena Dia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidah (lisan) ku ini." (Kitab ats-Tsiqqaat, Ibnu Hibban)
Tahukah anda siapakah orang ini? Dia adalah Abu Qilabah, yang meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik, sehingga dalam kitab-kitab hadits namanya melekat dengan Anas bin Malik ra.