Loading...

05 August 2010

FatahKun

Optimalisasi amaliah Ramadhan

Oleh A. Saepul Hakim

Sebagai sarana tazkiyah (pensucian) dan tarqiyah untuk meraih “gelar” taqwa, sudah selayaknya Ramadhan diisi dengan berbagai aktifitas yang terencana. Agar buah Ramadhan dapat kita petik untuk kehidupan selama dan pasca Ramadhan. Selain shaum Rasulullah Saw., telah memberikan teladan kepada umatnya dengan melakukan amaliah Ramadhan, antara lain:

1. Tilawah Alquran.
Membaca Alquran merupakan transaksi yang selalu menguntungkan, tidak akan pernah mengalami kerugian sepanjang zaman. Firman Allah Swt., "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka baik dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS. Fathir [35]:29-30)

Membaca Alquran di bulan Ramadhan sangat besar ganjaran dan nilainya. Rasulullah Saw., sangat besar perhatiannya pada Alquran melebihi bulan-bulan lainnya, di sebabkan pada bulan Ramadhan; (a) Alquran pertama kali diturunkan. (b) Allah Swt., menurunkan Alquran dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia. (c) Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Saw., sehingga beliau melakukan muraja'ah padanya.

2. Qiyamullail/Tarawih.
Di samping Ramadhan disebut sahrus shiyam juga disebut sahrul qiyam. Banyak ayat ataupun hadits yang menganjurkan untuk mengisi malam Ramadhan dengan qiyamullail (tarawih) untuk mendekatkan diri pada Allah Swt., berharap ampunan-Nya. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw., "Barang siapa yang melakukan qiyamullail di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas dalam pelaksanaannya maka ia akan diampuni dosa-dosa sebelumnya (dan yang akan datang)." (HR. Bukhari - Muslim)

3. Ith'amuth Tho'am (memberi makan orang yang shaum) dan berinfaq.
Salah satu amaliah Ramadhan yang dilakukan Rasulullah Saw., ialah memberi ifthar (santapan berbuka puasa pada orang yang shaum) sebagaimana Sabdanya: Barang siapa yang memberi ifthar kepada yang shaum maka ia akan mendapatkan pahala senilai pahala yang shaum itu tanpa mengurangi pahala orang yang shaum." (HR. At-Tirmidzi)

Dalam hal memberi ifthar dan shadaqah di bulan Ramadhan tidak saja terbatas hanya untuk keperluan ifthar, melainkan untuk segala kebajikan. Rasulullah yang dikenal dermawan, beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Untuk lebih konkrit, infaq ini dapat disalurkan kepada: (a) Orang yang berjihad di jalan Allah Swt. (b) Fakir miskin dan orang yang memerlukan (diutamakan keluarga dekat). (c) Masjid-masjid atau lembaga sosial Islam yang dapat dipercaya untuk dapat menyalurkannya.

4. Memperhatikan Kesehatan.
Meskipun shaum termasuk ibadah mahdhah, agar tetap optimal, Rasulullah mencontohkan umatnya tetap memperhatikan kesehatannya selama shaum dengan hal-hal sebagai berikut: (a) Menyikat gigi (bersiwak). (b) Berbekam. (c) Memperhatikan penampilan. Rasulullah Saw., pernah berwasiat pada Ibnu Mas'ud agar memulai shaum dengan penampilan yang baik, tidak dengan wajah yang kusut. (d) Mengurangi tidur. Di masyarakat kita tidur pada bulan Ramadhan telah menjadi suatu kebiasaan, dengan tujuan agar tidak terlalu merasakan lapar dan dahaga. Padahal berapa banyak waktu dan umur menjadi sia-sia karena tidur. Memang benar ada hadits yang menyatakan "Tidurnya orang shaum adalah ibadah, tapi tentu saja tidak dijadikan alasan untuk membiasakan diri memperbanyak tidur di bulan Ramadhan. Rasulullah Saw., umahatul mukminin dan para sahabat begitu aktif melakukan kegiatan beribadah, bukan kegiatan tidur.

5. Memperhatikan Harmonisasi Keluarga.
Meskipun ibadah shaum adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah Swt., dan mempunyai nilai khusus namun Rasulullah Saw., sebagai suri tauladan juga tetap menjaga harmoni dan hak-hak keluarga selama Ramadhan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah dan 'Aisyah. Bahkan di saat beliau berada dalam puncak ibadah shaum yaitu 'itikaf, beliau tetap menjaga harmoni keluarga.

6. Memperhatikan Aktifitas Sosial, Perluasan Dakwah dan Jihad.
Berbeda dengan kesan banyak orang tentang Ramadhan, Rasulullah Saw., justru menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum berbagai aktifitas yang positif. Selain aktifitas di atas, beliaupun mengisinya dengan aktifitas da'wah dan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Seperti: perjalanan ke Badar (th 2 H), ke Makkah (th 8 H), ke Tabuk (th 9 H) dan lainnya.

7. Berdo'a dan Taubat.
Orang mukmin yang sadar, bahwa dirinya lemah dihadapan Allah Swt., akan terus me-mohon ampunan atas segala kekhilafan dan kelemahan diri. Apalagi Ramadhan sebagai bulan ampunan dan rahmat. Rasulullah Saw., selama Ramadhan selalu membaca do'a, Ya Allah Engkau pemberi maaf, maka maafkanlah diriku." sebagai wujud pemintaan maghfirah dan rahmat Allah Swt.

8. I'tikaf.
Amaliah Ramadhan yang juga dilakukan beliau adalah beri'tikaf yakni berdiam diri di masjid dengan niat beribadah pada Allah Swt., terutama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana firman-Nya: "...Kemudian sempurnakanlah shaum itu sampai malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa." (QS. Albaqarah [2]:187)

9. Lailatul Qadar.
Pada Ramadhan terdapat satu malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Rasulullah Saw., tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraihnya terutama pada malam-malam ganjil. Dalam hal ini Rasulullah Saw., bersabda, "Barang siapa yang shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan ikhlas pada Allah maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Ahmad)

10. Umrah.
Umrah di bulan Ramadhan nilainya sama dengan ibadah haji atau haji bersama Rasulullah Saw., sebagaimana jawaban Rasul pada Ummu Salamah yang bertanya masalah tersebut. Sabda Rasulullah Saw., "Apabila datang bulan Ramadhan maka berumrahlah, sebab umrah di bulan Ramadhan sama nilainya dengan haji atau sama dengan ibadah haji bersamaku." (HR Bukhari - Muslim)

Demikian amaliah dan aktifitas Ramadhan yang dianjurkan kepada kita untuk menjadi sarana tazkiyah (pensucian) dan tarqiyah untuk meraih “gelar”taqwa. Agar buah Ramadhan tetap terjaga selama dan pasca Ramadhan bahkan selama kehidupan kita. Sehingga seakan-akan seluruh kehidupan kita adalah Ramadhan. []