Pembantaian besar-besaran Israel di Palestina menewaskan kurang lebih 1400 orang tewas dan ratusan di antaranya anak-anak. Perbuatan konyol ini tentunya mendapat tanggapan dan reaksi di belahan dunia, khususnya rakyat Indonesia.
Bila berbicara mengenai Palestina tentu kita berbicara tentang Israel dan Yahudi, sebagai pelaku utama dalam peristiwa berdarah ini. Rasanya kurang lengkap berbicara mengenai Yahudi-Israel tanpa harus mengetahui hakikat mereka, terlebih-lebih pembicaraan Al Quran mengenai mereka. Kita hanya mengetahui Yahudi-Israel dari pembicaraan sehari-hari atau dalam media massa terbatas Yahudi-Israel adalah penjahat perang.
Berdasarkan perhitungan di dalam al-Mu’jam al-Mufahras li al-fazh Al Quran karangan Muhammad Fuad Abdul Baqi, Yahudi ada sembilan kali disebut dalam Al Quran dan Israel sebanyak 43 kali. Bila Israel dihubungkan dengan kata Bani (Bani Israel) maka didapati Bani Israel sebanyak 13 kali di dalam Al Quran.
Kita memaklumi bahwa Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul-nya di permukaan bumi ini. Para nabi dan rasul ada yang diceritakan dalam Al Quran dan ada yang tidak diceritakan. Satu di antara Rasul yang diceritakan adalah Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim memiliki putra yang bernama Ishak dan Ishak as memiliki putra yang bernama Ya’kub as. Kedua keturunan Nabi Ibrahim as ini semuanya diangkat Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul. Nabi Ya’kub as memiliki anak sebanyak 12 orang. Layaknya sebagai Nabi, Allah SWT memberi gelar kehormatan pada Nabi Ya’kub as dengan Israil. Dalam bahasa Ibrani il artinya Allah. Maka didapatilah makna Israel dengan Amir pejuang bersama Allah. (Prof. DR. H. HAMKA dalam Tafsir al-Azhar Juz I).
Di antara keturunan anak Ya’kub as yang kelak menjadi suku terbesar adalah Yahuda. Lambat laun anak Nabi Ya’kub yang kedua ini (Yahuda) dibangsakan menjadi salah satu nama suku dan agama yang disebut dengan Yahudi. Dari sejarah inilah lahir namanya Israel dan Yahudi.
Ketika Rasulullah SAW berdakwah orang-orang Yahudi yang berada di Madinah tak luput dari dakwah Rasulullah SAW persekutuan orang Yahudi ketika itu ada yang bernama Bani Quraizhah, Bani Nadhir dan Bani Qoinuqa’. Di antara karakteristik orang Israel-Yahudi yang diinformasikan Al Quran:
1. Sikap permusuhan mereka kepada orang Muslim. Orang-orang Yahudi mengklaim diri mereka lebih mulia dari kelompok yang lain dan kelompok pilihan di permukaan bumi ini. Mereka juga mengklaim kelompok di luar mereka adalah kelompok yang hina (rendah). Perlu diperhatikan, Yahudi bukan kelompok agama misi dan zending.
Free Masonry salah satu organisasi Yahudi internasional yang menjadi bukti kebencian dan permusuhan mereka terhadap Islam. Free Masonry memiliki slogan kemerdekaan, keadilan dan persaudaraan. Organisasi ini mulai beroperasi pada tahun 1940. Bentuk lahir dari pada organisasi bergerak dalam bidang sosial. Tujuan utama dari organisasi ini bercita-cita untuk mendirikan Yahudisme di atas runtuhan Masjidialaksa. Mulai dari awal dari berdirinya organisasi ini sampai dewasa ini tidak henti-hentinya menggerogoti Islam. Mereka menganggap Islam sebagai musuh bebuyutan mereka. Maha Benar Allah SWT atas segala firmannya. Artinya: “Dan orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah senang terhadap kamu, hingga Kamu mengikuti millah (agama) mereka”. (Qs. Al Baqarah - 85)
2. Ummat yang paling rewel (banyak bertanya). Akal sehat kita mengatakan bahwa orang yang banyak bertanya mereka yang memiliki motivasi yang besar terhadap sesuatu. Lain halnya dengan Bani Israel ketika diperintah untuk menyembelih sapi betina. Banyaknya pertanyaan mereka terhadap perintah dari Allah SWT. membuat susah mereka sendiri. Kisah ini Allah SWT rincikan dalam Surat Al Baqarah.
Nabi Musa as memerintahkan pada Bani Israel untuk menyembelih seekor sapi betina. Spontan mereka mengatakan perintah ini merupakan ejekan terhadap mereka. Musa as dengan sabar memberikan penjelasan kepada mereka bahwa perintah itu bukan idenya, melainkan perintah dari Allah SWT setelah melewat proses yang panjang akhirnya mereka melaksanakan perintah menyembelih sapi betina.
Artinya: “Kemudian mereka menyembelihnya (sapi betina) dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu”. (Qs. Albaqarah - 71) Ciri pokok dan tabiat Bani Israel tampak jelas dalam bentuk perintah pada mereka. Bani Israel dengan segala upayanya agar perintah itu tidak dilaksanakan. Mereka berupaya mencari alasan-alasan dan suka mengejek. Rasulullah SAW mengingatkan kepada ummatnya agar tidak menghindari dan tidak mencontoh perbuatan mereka. Artinya: “Apa-apa yang telah aku larang untukmu maka jauhilah. Dan apa-apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu. Kebinasaan orang-orang sebelum kamu tidak lain karena mereka banyak bertanya dan menentang Nabi-nabi mereka”. (Hr. Bukhari dan Muslim)
3. Suka menyalahi janji. Allah SWT telah memberikan begitu banyak nikmat kepada Bani Israel, di antaranya mereka berasal dari keturunan para Nabi, dianugrahkan pada mereka kepintaran dan diberikan rezeki dari langit. Kendatipun mereka ketika itu sedang dihukum Allah SWT di padang yang gersang oleh karena mereka tidak menjalankan perintah Nabinya. Allah SWT dengan penuh kasih-sayangnya menaungi mereka dengan awan dan memberikan makanan dari langit, yang dikenal dengan Manna dan Salwa. Artinya: “Dan telah kami teduhi atas Kamu dengan awan dan telah kami turunkan kepada kamu Manna dan Salwa”. (Qs. Al Baqarah -57)
Banyaknya nikmat yang mereka terima dari Allah SWT seyogianya mereka untuk memenuhi janji mereka pada Allah SWT di dalam Taurat. Mereka telah berjanji pada Allah untuk tidak menyekutukanNya, mengimani seorang Rasul yang datang dari keturunan Ismail as, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kenyataannya mereka tidak mengimani Nabi Muhammad SAW dengan alasan bahwa di dalam kitab mereka diceritakan akan muncul seorang nabi palsu. Teguran Allah SWT kepada Bani Israel untuk mengingat nikmatnya diulang-ulang di dalam Al Quran. Artinya: “Wahai Bani Israel ingatlah nikmat-nikmatKu yang telah Aku karuniakan padamu dan penuhilah janji-janjimu, agar Aku memenuhi janjiKu. Dan hanyalah kepadaKu kamu takut”. (Qs. Al Baqarah -40)
Allah SWT mengkhitab mereka dengan nama keturunan mereka. Begitu santunnya Allah SWT menegur mereka. Padahal tidak ada yang menghalangi Allah SWT untuk memanggil mereka dengan makhluk-makhluk durhaka atau lainnya.
Tepatnya tanggal 25 Februari 1994, merupakan bukti sejarah terhadap penghianatan orang Israel laknatullah. Padahal ketika itu dalam suasana perdamaian antara Israel dan Palestina. Perjanjian inilah yang dikenal dengan Perjanjian Gaza-Ariha. Perjanjian damai ini diselenggarakan di Washington pada tanggal 13 September 1993. Serdadu-serdadu Yahudi memuntahkan ratusan peluru ke arah ummat muslim yang sedang melaksanakan salat Subuh di masjid Ibrahim, di kota Hebron. Ketika itu dikabarkan 66 orang syahid dan 300 orang
menderita luka-luka.
4. Ummat yang pernah mendapat kutukan. Sifat buruk yang menjadi ciri khas Bani Israel mengakibatkan mereka mendapatkan kutukan dari Allah SWT. Berbagai permintaan mereka telah dikabulkan dan nikmat yang tak terhitung diberikan pada mereka, namun kedurhakaan yang didapati pada diri mereka. Kedurhakaan Bani Israel digambarkan dengan keengganan mereka untuk mengingat dan memenuhi janji mereka juga terlihat ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu.
Pada awalnya Bani Israel meminta kepada Allah SWT agar diberikan kepada mereka hari libur sekaligus hari yang disucikan. Allah SWT mengabulkan permohonan Bani Israel. Sebagian ahli tafsir mengatakan Bani Israel ketika itu tinggal di danau Thabriah dan sebagian ahli tafsir mengatakan Bani Israel tinggal di tepi pantai. Pada hari Sabtu merupakan hari yang dilarang untuk menangkap ikan. Allah SWT menguji mereka dengan mendatangkan ikan yang banyak pada hari Sabtu saja, tidak ada pada hari yang lainnya. Dengan segala tipudaya muslihat mereka memasang perangkap ikan untuk dapat mengambil ikan. Di dalam pikiran mereka yang dilarang menangkap ikan, tidak dengan memasang perangkap ikan. Demikianlah pemikiran mereka ketika itu.
Oleh karena mereka telah melanggar larangan, maka Allah SWT melaknat mereka. Artinya: “Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui orang-orang yang melanggar di antara hari Sabtu. Lain kami berfirman kepada mereka, “Jadilah Kamu kera yang hina”. (Qs. Al Baqarah).
Bila berbicara mengenai Palestina tentu kita berbicara tentang Israel dan Yahudi, sebagai pelaku utama dalam peristiwa berdarah ini. Rasanya kurang lengkap berbicara mengenai Yahudi-Israel tanpa harus mengetahui hakikat mereka, terlebih-lebih pembicaraan Al Quran mengenai mereka. Kita hanya mengetahui Yahudi-Israel dari pembicaraan sehari-hari atau dalam media massa terbatas Yahudi-Israel adalah penjahat perang.
Berdasarkan perhitungan di dalam al-Mu’jam al-Mufahras li al-fazh Al Quran karangan Muhammad Fuad Abdul Baqi, Yahudi ada sembilan kali disebut dalam Al Quran dan Israel sebanyak 43 kali. Bila Israel dihubungkan dengan kata Bani (Bani Israel) maka didapati Bani Israel sebanyak 13 kali di dalam Al Quran.
Kita memaklumi bahwa Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul-nya di permukaan bumi ini. Para nabi dan rasul ada yang diceritakan dalam Al Quran dan ada yang tidak diceritakan. Satu di antara Rasul yang diceritakan adalah Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim memiliki putra yang bernama Ishak dan Ishak as memiliki putra yang bernama Ya’kub as. Kedua keturunan Nabi Ibrahim as ini semuanya diangkat Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul. Nabi Ya’kub as memiliki anak sebanyak 12 orang. Layaknya sebagai Nabi, Allah SWT memberi gelar kehormatan pada Nabi Ya’kub as dengan Israil. Dalam bahasa Ibrani il artinya Allah. Maka didapatilah makna Israel dengan Amir pejuang bersama Allah. (Prof. DR. H. HAMKA dalam Tafsir al-Azhar Juz I).
Di antara keturunan anak Ya’kub as yang kelak menjadi suku terbesar adalah Yahuda. Lambat laun anak Nabi Ya’kub yang kedua ini (Yahuda) dibangsakan menjadi salah satu nama suku dan agama yang disebut dengan Yahudi. Dari sejarah inilah lahir namanya Israel dan Yahudi.
Ketika Rasulullah SAW berdakwah orang-orang Yahudi yang berada di Madinah tak luput dari dakwah Rasulullah SAW persekutuan orang Yahudi ketika itu ada yang bernama Bani Quraizhah, Bani Nadhir dan Bani Qoinuqa’. Di antara karakteristik orang Israel-Yahudi yang diinformasikan Al Quran:
1. Sikap permusuhan mereka kepada orang Muslim. Orang-orang Yahudi mengklaim diri mereka lebih mulia dari kelompok yang lain dan kelompok pilihan di permukaan bumi ini. Mereka juga mengklaim kelompok di luar mereka adalah kelompok yang hina (rendah). Perlu diperhatikan, Yahudi bukan kelompok agama misi dan zending.
Free Masonry salah satu organisasi Yahudi internasional yang menjadi bukti kebencian dan permusuhan mereka terhadap Islam. Free Masonry memiliki slogan kemerdekaan, keadilan dan persaudaraan. Organisasi ini mulai beroperasi pada tahun 1940. Bentuk lahir dari pada organisasi bergerak dalam bidang sosial. Tujuan utama dari organisasi ini bercita-cita untuk mendirikan Yahudisme di atas runtuhan Masjidialaksa. Mulai dari awal dari berdirinya organisasi ini sampai dewasa ini tidak henti-hentinya menggerogoti Islam. Mereka menganggap Islam sebagai musuh bebuyutan mereka. Maha Benar Allah SWT atas segala firmannya. Artinya: “Dan orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah senang terhadap kamu, hingga Kamu mengikuti millah (agama) mereka”. (Qs. Al Baqarah - 85)
2. Ummat yang paling rewel (banyak bertanya). Akal sehat kita mengatakan bahwa orang yang banyak bertanya mereka yang memiliki motivasi yang besar terhadap sesuatu. Lain halnya dengan Bani Israel ketika diperintah untuk menyembelih sapi betina. Banyaknya pertanyaan mereka terhadap perintah dari Allah SWT. membuat susah mereka sendiri. Kisah ini Allah SWT rincikan dalam Surat Al Baqarah.
Nabi Musa as memerintahkan pada Bani Israel untuk menyembelih seekor sapi betina. Spontan mereka mengatakan perintah ini merupakan ejekan terhadap mereka. Musa as dengan sabar memberikan penjelasan kepada mereka bahwa perintah itu bukan idenya, melainkan perintah dari Allah SWT setelah melewat proses yang panjang akhirnya mereka melaksanakan perintah menyembelih sapi betina.
Artinya: “Kemudian mereka menyembelihnya (sapi betina) dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu”. (Qs. Albaqarah - 71) Ciri pokok dan tabiat Bani Israel tampak jelas dalam bentuk perintah pada mereka. Bani Israel dengan segala upayanya agar perintah itu tidak dilaksanakan. Mereka berupaya mencari alasan-alasan dan suka mengejek. Rasulullah SAW mengingatkan kepada ummatnya agar tidak menghindari dan tidak mencontoh perbuatan mereka. Artinya: “Apa-apa yang telah aku larang untukmu maka jauhilah. Dan apa-apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu. Kebinasaan orang-orang sebelum kamu tidak lain karena mereka banyak bertanya dan menentang Nabi-nabi mereka”. (Hr. Bukhari dan Muslim)
3. Suka menyalahi janji. Allah SWT telah memberikan begitu banyak nikmat kepada Bani Israel, di antaranya mereka berasal dari keturunan para Nabi, dianugrahkan pada mereka kepintaran dan diberikan rezeki dari langit. Kendatipun mereka ketika itu sedang dihukum Allah SWT di padang yang gersang oleh karena mereka tidak menjalankan perintah Nabinya. Allah SWT dengan penuh kasih-sayangnya menaungi mereka dengan awan dan memberikan makanan dari langit, yang dikenal dengan Manna dan Salwa. Artinya: “Dan telah kami teduhi atas Kamu dengan awan dan telah kami turunkan kepada kamu Manna dan Salwa”. (Qs. Al Baqarah -57)
Banyaknya nikmat yang mereka terima dari Allah SWT seyogianya mereka untuk memenuhi janji mereka pada Allah SWT di dalam Taurat. Mereka telah berjanji pada Allah untuk tidak menyekutukanNya, mengimani seorang Rasul yang datang dari keturunan Ismail as, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kenyataannya mereka tidak mengimani Nabi Muhammad SAW dengan alasan bahwa di dalam kitab mereka diceritakan akan muncul seorang nabi palsu. Teguran Allah SWT kepada Bani Israel untuk mengingat nikmatnya diulang-ulang di dalam Al Quran. Artinya: “Wahai Bani Israel ingatlah nikmat-nikmatKu yang telah Aku karuniakan padamu dan penuhilah janji-janjimu, agar Aku memenuhi janjiKu. Dan hanyalah kepadaKu kamu takut”. (Qs. Al Baqarah -40)
Allah SWT mengkhitab mereka dengan nama keturunan mereka. Begitu santunnya Allah SWT menegur mereka. Padahal tidak ada yang menghalangi Allah SWT untuk memanggil mereka dengan makhluk-makhluk durhaka atau lainnya.
Tepatnya tanggal 25 Februari 1994, merupakan bukti sejarah terhadap penghianatan orang Israel laknatullah. Padahal ketika itu dalam suasana perdamaian antara Israel dan Palestina. Perjanjian inilah yang dikenal dengan Perjanjian Gaza-Ariha. Perjanjian damai ini diselenggarakan di Washington pada tanggal 13 September 1993. Serdadu-serdadu Yahudi memuntahkan ratusan peluru ke arah ummat muslim yang sedang melaksanakan salat Subuh di masjid Ibrahim, di kota Hebron. Ketika itu dikabarkan 66 orang syahid dan 300 orang
menderita luka-luka.
4. Ummat yang pernah mendapat kutukan. Sifat buruk yang menjadi ciri khas Bani Israel mengakibatkan mereka mendapatkan kutukan dari Allah SWT. Berbagai permintaan mereka telah dikabulkan dan nikmat yang tak terhitung diberikan pada mereka, namun kedurhakaan yang didapati pada diri mereka. Kedurhakaan Bani Israel digambarkan dengan keengganan mereka untuk mengingat dan memenuhi janji mereka juga terlihat ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu.
Pada awalnya Bani Israel meminta kepada Allah SWT agar diberikan kepada mereka hari libur sekaligus hari yang disucikan. Allah SWT mengabulkan permohonan Bani Israel. Sebagian ahli tafsir mengatakan Bani Israel ketika itu tinggal di danau Thabriah dan sebagian ahli tafsir mengatakan Bani Israel tinggal di tepi pantai. Pada hari Sabtu merupakan hari yang dilarang untuk menangkap ikan. Allah SWT menguji mereka dengan mendatangkan ikan yang banyak pada hari Sabtu saja, tidak ada pada hari yang lainnya. Dengan segala tipudaya muslihat mereka memasang perangkap ikan untuk dapat mengambil ikan. Di dalam pikiran mereka yang dilarang menangkap ikan, tidak dengan memasang perangkap ikan. Demikianlah pemikiran mereka ketika itu.
Oleh karena mereka telah melanggar larangan, maka Allah SWT melaknat mereka. Artinya: “Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui orang-orang yang melanggar di antara hari Sabtu. Lain kami berfirman kepada mereka, “Jadilah Kamu kera yang hina”. (Qs. Al Baqarah).