Loading...

02 November 2009

FatahKun

Sebuah Pertaruhan Politik

Salah satu tema yang sering muncul di Indonesia seiring masa peralihan kepemimpinan adalah tema DEMOKRASI. Dimana rakyatlah yang menjadi kata kunci untuk menentukan arah demokrasi tersebut. Sejalan dengan hal tersebut diatas, tidak salah jika seorang Abraham Linclon menyatakan bahwa sendi demokrasi itu berakar dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Selain wilayah dan pemerintahan yang berdaulat rakyat juga merupakan unsur penting dalam sebuah negara. Hal ini pulalah yang mendorong seorang Jean Jacques Roseau melontarkan teori kedaulatan rakyatnya, bahwa pemerintah harus mendapatkan kekuasaan dari rakyat. Negara dipandang sebagai hasil perjanjian masyarakat melalui pactum unionis (perjanjian antara individu untuk membentuk negara) dan pactum subjectionis (perjanjian individu dan negara yang dibentuk) artinya individu memberikan mandat kepada negara atau pemerintah yang brdasarkan pada UU negara.
Salah satu ciri dari negara yang menganut teori tersebut yaitu adanya sistem pemlilihan umum atau lebih sering disingkat pemilu, pemilu pada hakekatnya merupakan sarana untuk mengangkat wakil rakyat. Yang dalam proses pemilihannya harus disesuaikan dengan aturan main sistem pemerinytahan tersebut. Menarik untuk dicermati, ketika kita melihat fenomena yang terjadi bahwa proses pengangkatan seorang pemimpin harus dibayar dengan biaya yang cukup mahal sebagai konsekuensi dari sebuah demokrasi.
Mengangkat seorang pemimpin tidak segampang membalikan telapak tangan. Betul ada ungkapan "jangan membeli kucing dalam karung" yang pemaknaan dariungkapan tersebut adalah bahwa dalam melakukan sesuatu, kita tidak boleh asal asalan dan harus memperhitungkannya dengan matang. Tidak salah jika ungkapan tersebut memaknai pengangkatan seorang pemimpin bukanlah perkara enteng dan memang jangan dianggap enteng.
Agar perdebatan tersebut tidak melebar jauh, maka alangkah baiknya kita mempunyai beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam mengangkat seorang pemimpin. Hal yang palin sederhana yang dapat kita jadikan tolak ukur dari seorang pemimpin adalah bagaimana ia bisa menyesuaikan antara ucapan dan perbuatan. Jika seorang pemimpin tidak dapat menunjukan sifat tersebut diatas, maka tentu saja kita harus mempunyai pertimbangan untuk tidak memilihnya.
Allah SWT berfirman
"Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan" (QS. Ash Shaff : 3)
Selain hal tersebut diatas, seorang pemimpin juga harus mempunyai pengetahuan yang lebih, agar bisa menjadi sandaran, rujukan atau nara sumber bagi rakyatnya.
Sebagai penutup, selain pemimpin harus jujur, amanah, cerdas dan komunikatif alangkah tepatnya jika figur pemimpin yang kita harapkan bersandar pada kepemimpinan Rasulullah saw diantaranya :

  1. Lebih mementingkan ummat daripada dirinya (QS. 59 : 9)
  2. Ramah tamah, lembut perangainya, namun pada saat tertentu beliau bersikap tegas dan keras
  3. Pemersatu ummat (QS. 49 : 10)
Selain hal diatas tadi, jangan pula dilupakan bahwa pula pijakan dalam memilih seorang pemimpin yaitu harus beriman dan bertakwa, adil dan akhlaknya mulia.