Loading...

21 February 2015

Unknown

Niat Benar Itu Menguatkan

niat

SEGALA sesuatu yang akan kita kerjakan haruslah dibarengi dengan niat. Niat yang akan menentukan akan melakukan apa kita nantinya. Jika niat itu mengarah pada kebaikan, tentu yang akan kita lakukan pun sejalan dengan itu. Tapi, jika niat itu mengarah pada hal negatif, bisa diprediksi pula arah yang akan dituju adalah ke sana (perbuatan tidak terpuji).

Namun ada pula niat yang salah. Tepatnya, niat yang kurang sempurna. Ada sebuah kisah yang cukup menarik bagi Anda. Ini dia kisahnya!

Diriwayatkan, salah satu pintu surga adalah pintu sedekah –khusus untuk ahli sedekah. Di dalamnya ramailah para hartawan yang dermawan (dulunya, sewaktu di dunia). Tahu-tahu ada orang miskin celingak celinguk dan masuk melalui pintu tersebut. Terang saja semua pada kaget. Mereka pikir mana mungkin si miskin ini ahli sedekah.

Sewaktu dicecar pertanyaan, sambil malu-malu si miskin ini menjawab, “Memang, sewaktu di dunia, sedekah saya tidak banyak. Tapi, saya ingin sekali bersedekah banyak. Eh, ternyata keinginan saya dicatat oleh Allah. Dicatat sebagai pahala. Mungkin inilah yang mengantarkan saya sampai ke pintu ini.”

Masih ingatkah dengan janji Nabi? “Orang yang meniatkan suatu kebaikan namun tidak mengamalkannya, maka Allah akan mencatat baginya satu pahala yang sempurna. Orang yang meniatkan suatu kebaikan lalu mengamalkannya, maka Allah akan mencatat baginya pahala sebanyak 10 sampai 700 kali lipat.” Itulah keutamaan niat. (Tentu lebih baik lagi kalau diiringi dengan amal).

Kalau sekarang Anda masih bersedekah 10 persen, yah itu tidak apa-apa. Itu standar minimal dan teruslah ditingkatkan. Namun, pada waktu yang sama, niatkan untuk bersedekah 20 sampai 40 persen suatu hari nanti. Jadikan itu cita-cita. Mudah-mudahan jadi pahala, mudah-mudahan jadi doa. Adalah kurang bijak kalau Anda meniatkan bersedekah 10 persen terus-menerus. Wong niat itu masih gratis kok! Ngapain dikit-dikit? Right?

Penulis buku percepatan rezeki Ippho Santosa, ketika melihat orang bersedekah besar-besaran, malah termotivasi dan berdoa agar bisa seperti orang itu. Sebagiak kita, ketika meliaht orang bersedekah besar-besaran, eh malah curigaan dan berlagak jadi auditor amal. Sok-sok mengaudit amal orang lain. Buatlah niat yang bertasbih, bukan perasangka yang bertasbih.

Jarang orang yang sadar bahwa niat yang benar itu menguatkan. Misal, ketika telat makan siang, kemungkinan besar Anda akan kelaparan, lemas dan sedikit pusing. Padahal, paginya Anda sudah sarapan. Nah, bayangkan saat-saat Anda berpuasa. Anda tidak makan sekitar 14 jam. Tapi kok Anda tidak merasa kelaparan, lemas dan pusing? Karena puasa Anda diawali dengan niat yang benar. Jadi ingatlah, niat yang benar itu menguatkan! [Sumber: Percepatan Rezeki dalam 40 Hari dengan Otak Kanan/Karya: Ippho “Right” Santosa/Penerbit: Elex Media Komputindo Kompas Gramedia] (islampos)