Berinteraksi dengan Al-Quran melalui penulisan ayat-ayat, akan mensucikan jiwa. Lambat laun akan tumbuh kesadaran merasa diawasi Allah
Selain menumbuhkan kedisplinan, menulis ulang ayat-ayat Al-Quran ternyata efektif meredam keinginan anak menonton film porno.
Hal itu diungkapkan Pembina Kokoh Keluarga Indonesia (KKI), Bachtiar Nasir pada acara Majelis Ayah bertema “Menjadi Ayah Inspiratif-Kupas Tuntas Pornografi, Free Sex dan Cinta” hari Sabtu, 21 Februari 2015.
Acara yang diselenggarakan di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan ini, pimpinan Lembaga Tadabbur Al-Quran Indonesia (LaTaQia) itu menuturkan pengalaman murid-murid kelas VIII di sebuah lembaga pendidikan di Depok, Jawa Barat.
Sebelumnya, mereka kecanduan film porno yang ditonton melalui telepon genggam.
Kegiatan ilegal itu dilakukan secara massal oleh seluruh murid di sebuah kelas saat guru mereka belum tiba. Ketika tertangkap basah, sang guru menghukum dengan meminta mereka menulis ayat Al-Quran sampai selesai. Metode penulisan dilakukan dengan cara menebalkan ayat yang terdapat di sebuah modul mushaf Al-Quran.
Di luar dugaan, dalam waktu sepekan saja, murid-muridnya berhasil menulis sampai 60 halaman alias 3 juz Al-Quran. Berangsur-angsur efeknya terlihat. Berdasarkan laporan sang guru, murid-murid itu lebih disiplin mengikuti kegiatan belajar.
“Dan terutama, tumbuh rasa malunya. Mereka menyesal karena telah menonton film porno bersama temannya satu kelas ketika gurunya tidak masuk,” ulas alumni Universitas Islam Madinah itu.
Kegiatan itu berlanjut hingga saat ini. Bagi murid-murid itu, menulis Al-Quran tidak lagi sebagai bentuk hukuman, namun menjadi rutinitas menyenangkan
Di hadapan sekitar 500 jamaah pria Majelis Ayah, Bachtiar menjelaskan, kesadaran terhadap pengawasan Allah Subhanawata’ala, kata kunci membentengi anak terpapar pornografi dan seks bebas.
“Bacakan Al-Quran sebagai manual life, panduan hidup. Kita beri pemahaman tentang bahaya mata. Bahwa mata ini bisa menjadi salah satu panah-panahnya setan,”tegas Bachtiar.
Lebih lanjut Bachtiar menjelaskan, berinteraksi dengan Al-Quran melalui penulisan ayat-ayat, akan mensucikan jiwa. Lambat laun akan tumbuh kesadaran merasa diawasi Allah atas apapun yang dilakukan. Jika kesadaran itu tertanam kuat, seorang anak mampu menepiskan berbagai godaan kemaksiatan.
Menurut Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) itu, penyucian jiwa semacam itu harus serius diperhatikan orangtua. Apalagi saat ini, katanya, beredar game online yang pada akhirnya mengajarkan anak menjadi lesbian. Parahnya, permainan tersebut ditujukan untuk anak usia empat tahun.
“Hal itu sengaja dilakukan karena anak usia empat tahun, syaraf-syaraf otaknya belum terasosiasikan dengan sempurna. Sehingga apa yang didapatkan secara berulang akan paten diserap anak-anak,”ulasnya prihatin.* (hidayatullah.com)