“Masak iya, baca koran tiap hari bisa, tapi baca Qur’an tidak bisa?" [ilustrasi] |
SAAT ini, manusia hidup dengan diliputi beragam informasi dalam jumlah yang begitu banyak secara bersamaan. Jika tidak, hati-hati, perhatian kita akan tersita oleh apa-apa yang booming di media massa. Alih-alih kita akan efektfif dalam memanfaatkan waktu, mengutamakan yang prioritas pun bisa terbengkalai.
Padahal, hidup dalam pandangan Islam adalah pertanggungjawaban. Dan, bagaimana kita bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan jika kita tidak memiliki ilmu atas apa yang menjadi pilihan hidup kita sehari-hari. Itulah mengapa Islam mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut (mencintai) ilmu.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitabnya Al-‘Ilmu wal ‘Ulama menguitip pernyataan seorang ahli hikmah menganai pentingnya ilmu ini. “Ilmu seseorang adalah anaknya yang kekal.”
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu yang dimiliki seseorang akan diingat manusia, kemudian mereka mengamalkannya dan ia akan mendapatkan pahalanya selama ada orang yang mengamalkan ilmunya. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, “Barangsiapa menunjukkan pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.”
Keutamaan Ilmu atas Harta
Lebih lanjut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi mengutip riwayat yang disampaikan oleh Sayyidina Ali tentang keutamaan ilmu. “Ilmu lebih utama daripada harta karena tujuh alasan (aspek), yaitu;
Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan Fir’aun
Ilmu tidak akan berkurang dengan diberikan kepada orang lain, sedangkan harta akan berkurang jika dinafkahkan.
Harta perlu dijjaga, sedangkan ilmu dapat menjaga pemiliknya.
Jika seseorang meninggal dunia, ia akan meninggalkan hartanya, sedangkan ilmu akan dibawa ke dalam kubur.
Harta dapat dicapai oleh orang mukmin dan kafir, sedangkan ilmu hanya dapat dicapai oleh orang mukmin.
Semua orang membutuhkan seorang yang berilmu yang mengetahui urusan agama dan mereka tidak memutuhkan pemilik harta.
Ilmu akan menguatkan seseorang dalam menyeberangi shirath (jalan menuju surga), sedangkan harta akan menghalanginya.
Pantas jika kemudian Mush’ab bin Zubair radhiyallahu ‘anhu berwasiat kepada anaknya seperti ini, “Wahai anakku, tuntutlah ilmu, karena ilmu akan menjadi keindahan jika kamu memiliki harta, dan ilmu itu akan menjadi harta jika kamu tidak memiliki harta.”
Penentu Kualitas Agama
Selain tujuh keutamaan di atas, ilmu juga akan menjadi penentu kualitas (kelurusan) agama seorang Muslim. Dengan kata lain, bagus tidak agamanya ditentukan oleh lurus tidaknya ilmu yang dimiliki.
Diriwayatkan dari Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak ada seorang yang berusaha mencari sesuatu seperti keutamaan ilmu yang dapat memberikan petunjuk kepada pemiliknya atau mengangkatnya dari kehinaan, dan tidaklah seseorang akan lurus agamanya hingga lurus ilmunya.” (HR. Thabrani).
Lebih Baik dari Ibadah Sunnah
Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi hadits tersebut menunjukkan bahwa ilmu merupakan suatu yang paling baik yang harus dicari seorang Muslim dalam kehidupan ini, dan itulah yang lebih utama daripada ibadah-ibadah sunnah.
Sebagaimana sabda Rasulullah, “Wahai Abu Dzar, kamu pergi dan mempelajari satu ayat saja dari Kitab Allah Ta’ala (Al-Qur’an) adalah lebih baik bagi kamu daripada sholat seratus raka’at dan kamu pergi kemudian belajar satu bab dari ilmu baik diamalkan maupun tidak adalah lebih baik daripada sholat seribu raka’at.” (HR. Ibn Majah).
Kemudian dinukil hadits lain yang diriwayatkan dari Hudzifan bin Al-Yaman, “Keutamaan ilmu adalah lebih baik dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agamamu adalah wara’ (menjauhkan diri dari dosa dan syubhat).” (HR. Abu Ya’la dan Baihaqi).
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menjalaskan bahwa yang dimaksud dengan ‘keutamaan ilmu dan ‘keutamaan ibadah’ adalah hal-hal yang sunnah atau dianjurkan dari keduanya, bukan yang merupakan fardhu atau kewajiban; karena sebagian dari ilmu ada yang wajib hukum menuntutnya dan ada pula yang sunnah, dan demikian pula ibadah.
Dengan demikian, prioritas seorang Muslim dalam kesehariannya tidak boleh lain kecuali ilmu. Orang dahulu berkata, “Masak iya, baca koran tiap hari bisa, tapi baca Qur’an tidak bisa.
Artinya, menuntut ilmu sudah seharusnya menjadi tradisi yang dicintai oleh seluruh umat Islam. Jangan sampai, umur sudah 30 tahun, tapi dalam keseharian masih sering mengabaikan diri dari menuntut ilmu, sampai-sampai (mohon maaf) membaca Al-Qur’an saja tidak bisa. Untuk itu, mulai sekarang, ubahlah prioritas dalam hidup kita, utamakan ilmu dan yang belum kita mengerti dari yang terpenting dari agama ini, apalagi kalau bukan Al-Qur’an dan Sunnah.
Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata, “Belajarlah ilmu, sebab mempelajari ilmu karena Allah adalah takut kepada-Nya dan menuntut ilmu adalah ibadah, mudzakarah-nya (mengingat-ingatnya) adalah tasbih, dan mencarinya adalah jihad (perjuangan), mengajarkannya adalah sedekah, dan mencurahkannya kepada ahlinya adalah kedekatan (kepada Allah).” Wallahu a’lam.
Sumber : http://www.hidayatullah.com/