Dengan penuh kasih sayang, Ali dan Fatimah pun memberi makanan yang akan mereka santap dan memilih berpuasa.
Besoknya, kejadian itu terus berulang, bahkan hingga tiga hari berturut-turut. Keluarga putri Rasulullah SAW tersebut akhirnya harus berpuasa.
Rasulullah SAW bersabda, ”Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya dengan segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, berupa kebaikan.” (HR Bukhari-Muslim).
Mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri merupakan ajaran yang sangat mulia. Merasa tak pernah cukup dalam urusan materi kerap menjadi benteng kokoh, penghalang menebarkan kebaikan kepada sesama. Di situlah jihad besar dilakukan, mengendalikan hawa nafsu serakah yang tidaklah mudah.
Dalam menyempurnakan keimanan, antara kesalehan individu dengan kesalehan sosial harus selaras. Kesalehan sosial dan individual yang menyatu akan menjadi tameng tangguh dan kokoh dari godaan keserakahan. ”Jika anak Adam memiliki satu lembah emas, dia akan mencari agar menjadi dua lembah dan tidak ada yang akan menutup mulutnya melainkan tanah. Dan, Allah menerima tobat orang yang bertobat.” (HR Bukhari dan Muslim No 1049).
Kecenderungan kecintaan kepada harta, tahta, dan wanita sering kali membutakan mata hati. Berlomba-lomba mengumpulkan harta tiada batas, lalai pada ibadah, hingga akhirnya masuk kubur. Alangkah lebih berbahaya apabila keserakahan ini menghinggapi mereka yang memiliki posisi, jabatan, atau kedudukan sosial dalam masyarakat. Akan lahir kebijakan yang lebih memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri atau kelompoknya.
Tentang hal ini, Rasulullah SAW pernah memberikan peringatan sebagaimana diungkapkan Abdullah RA yang berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya akan muncul sepeninggalku sifat egois (pemimpin yang mengutamakan kepentingan diri sendiri) dan beberapa perkara yang tidak kamu sukai. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau perintahkan kepada seorang dari kami yang mengalami zaman itu? Beliau menjawab: Laksanakanlah kewajiban kamu dan mohonlah kepada Allah yang menjadi hakmu.” (Shahih Muslim No 3430).
Dalam sabdanya yang lain diriwayatkan bahwa seorang lelaki kaum Anshar menemui Rasulullah SAW dan bertanya,” Apakah engkau tidak ingin mengangkatku sebagaimana engkau telah mengangkat si fulan? Rasulullah SAW menjawab: Sesungguhnya, kamu sekalian akan menemui sepeninggalku para pemimpin yang egois. Maka, bersabarlah sampai kamu menjumpaiku di telaga kelak.” (Shahih Muslim No3432).