Setiap detik waktu yang sudah kita lewati mustahil dapat diganti. Setiap menit dan jam yang sedang kita lewati mustahil dapat diperpanjang. Setiap pekan, bulan dan tahun yang kita habiskan mustahil dapat diulangi lagi. Setiap waktu yang sudah berlalu, tidak akan pernah dapat diganti dan diulangi. Itulah sunnatullah (sistem/hukum Allah) dalam kehidupan dunia ini. Kemampuan kita tak lebih dari sekedar menghitung detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun. Sebab itu, beruntunglah orang-orang yang kualitas keimanan dan amal shaleh mereka pada hari ini lebih baik dari kemarin. Rugilah orang-orang yang kualitas iman dan amal shaleh mereka pada hari ini sama dengan hari kemarin. Celakalah orang-orang yang kualitas iman dan amal shalehnya mereka pada hari ini lebih rendah dan lebih sedikit dari hari kemarin.
Sesungguhnya manusia itu hanya terbagi dua. Manusia sukses dan manusia gagal. Kesuksesan dan kegagalan seseorang erat sekali kaitannya dengan kemampuan memenej waktu. Jika ia mampu menggunakan waktu yang Allah berikan kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu, amal shaleh, hidup dan dakwah di jalan Allah, maka ia akan menjadi orang yang beruntung. Namun sebaliknya, jika ia gagal memanfaatkan waktu yang ia lewati untuk memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, amal shaleh dan aktivas dakwah, maka ia dipastikan akan menjadi orang yang merugi di dunia dan terlebih lagi di akhirat.
Sebab itu, waktu itu sangat mahal harganya, dan bahkan lebih mahal dari dunia dan seisinya. Salah dalam memenej waktu bisa berakibat kerugian besar di dunia dan akhirat. Sebaliknya, berhasil memenej waktu dengan baik, isnya Allah akan berhasil pula dalam kehidupan di dunia yang singkat ini dan juga kehidupan akhirat yang abadi. Allah menjelaskan dalam surat AL-‘Ashr/ 103 :
Sesungguhnya manusia itu hanya terbagi dua. Manusia sukses dan manusia gagal. Kesuksesan dan kegagalan seseorang erat sekali kaitannya dengan kemampuan memenej waktu. Jika ia mampu menggunakan waktu yang Allah berikan kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu, amal shaleh, hidup dan dakwah di jalan Allah, maka ia akan menjadi orang yang beruntung. Namun sebaliknya, jika ia gagal memanfaatkan waktu yang ia lewati untuk memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, amal shaleh dan aktivas dakwah, maka ia dipastikan akan menjadi orang yang merugi di dunia dan terlebih lagi di akhirat.
Sebab itu, waktu itu sangat mahal harganya, dan bahkan lebih mahal dari dunia dan seisinya. Salah dalam memenej waktu bisa berakibat kerugian besar di dunia dan akhirat. Sebaliknya, berhasil memenej waktu dengan baik, isnya Allah akan berhasil pula dalam kehidupan di dunia yang singkat ini dan juga kehidupan akhirat yang abadi. Allah menjelaskan dalam surat AL-‘Ashr/ 103 :
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Dan demi masa(1), sesungguhnya manusia itu pasti dalam keadaan merugi(2), kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh dan mereka saling bertaushiyah (saling menasehati) dengan kebenaran dan saling bertaushiyah dengan kesabaran (3).
Waktu bagi orang beriman adalah anugerah Allah yang tak ternilai harganya. Namun, waktu juga bisa jadi sebab malapetaka jika disia-siakan begitu saja dan tidak dapat dimanfaatkan untuk membina keimanan, mencari ilmu, meningkatkan amal shaleh, menjalankan kehidupan secara Islami dan berbagai aktivitas dakwah lainnya. Oleh sebab itu, Allah sering bersumpah atas nama waktu, seperti: Demi Masa, Demi Waktu Dhuha, Demi Malam dan Demi Siang. Semua ini mengisyaratkan betapa mahalnya nilai waktu itu. Tanpa waktu, mustahil kita dapat hidup di dunia ini.
Yang lebih mengagumkan lagi, Allah ciptakan waktu itu dengan ukuran dan standar perhitungan yang amat mudah, yakni berdasarkan siang dan malam. Dengan adanya siang dan malam itulah kita bisa menjalankan berbagai aktivitas kehidupan dan sekaligus beristirahat. Dengan adanya siang dan malam itulah kita bisa memenej kehidupan ini dengan mudah. Tanpa pergantian siang dan malam, kita akan sangat sulit menata dan memenej berbagai aktivitas kehidupan kita di dunia termasuk kapan kita harus tidur, istirahat, mencari rezki, menuntut ilmu, silaturahmi dan sebagainya. Allah ciptakan siang dan malam sebagai wujud kasih sayang-Nya kepada kita, sebagaimana Dia jelaskan dalam surat Al-Qashash /28 : 71 – 73 :
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلَا تَسْمَعُونَ (71) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (72) وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (73
Katakan (wahai Muhammad)! Bagaimana pendapat kalian jika Allah menjadikan bagi kalian malam terus menerus sampai hari kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang dapat mendatangkan cahaya pada kalian? Mengapa kalian tidak mendengar (ayat-ayat Allah)?(71) Katakan (wahai Muhammad)! Jika Allah jadikan bagi kalian siang terus menerus sampai hari kiamat? Siapakah tuhan yang dapat mendatangkan malam bagi kalian untuk beristirahat padanya? Mengapa kalian tidak memperhatikan (ayat-ayat Allah).(72) dan di antara rahmat-Nya bahwa Dia menjadikan bagi kalian malam dan siang agar kalian dapat beristirahat (pada malam hari) dan mencari karunia (rezki)-Nya (pada siang hari) dan agar kalian bersyukur (73).
Oleh sebab itu, kita harus sangat berhitung dengan waktu. Kita harus pelit dengan waktu dan lebih pelit dari orang yang paling pelit terhadap hartanya. Kita harus benar-benar maksimal menggunakan waktu yang masih ada. Karena kita tidak tau berapa lama lagi jatah waktu kita di dunia ini. Waktu kita di dunia ini akan berakhir saat ajal menjemput kita. Kita tidak mau ketika ajal tiba, kita termasuk orang-orang yang gagal dan merugi. Kita ingin saat kematian datang, kita termasuk orang-orang yang sukses, yakni orang yang mampu menggunakan waktu yang diberikan Allah untuk membina keimanan, menuntut ilmu, khususnya ilmu tentang Islam, mencari rezki yang halal, melakukan berbagai amal shaleh, menjalani kehidupan ini sesuai sistem Allah dan Rasul-Nya serta berdakwah di jalan-Nya.
Kita harus menyadari bahwa waktu kita di dunia ini sangatlah singkat dan terbatas. Kita sesungguhnya sedang dalam suatu perjalanan yang amat panjang (rihlatul khulud) menuju kehidupan yang abadi, yakni kehidupan akhirat. Sedangkan kesuksesan di akhirat kelak sangat ditentukan oleh kesukesan kita di dunia dalam memenej waktu. Gagal memenej waktu saat kita hidup di dunia ini, kita juga akan gagal sepanjang perjalanan kita menuju akhirat, yaitu saat sakratul maut tiba, saat di alam barzakh, saat menghadapi peristiwa kiamat yang sangat dahsyat itu, saat berada di padang mahsyar menunggu keputusan dan ketetapan Allah yang Maha Adil. Kegagalan demi kegagalan itu akan diteruskan dengan kekagagalan yang maha dahsyat berikutnya, yaitu kegagalan akhirat; kegagalan masuk syurga Allah dan bertemu dengan Allah. Akhirnya akan terjerumus ke dalam neraka Allah, wal i‘yazu billah.
Sebab itu kita harus ekstra ketat dalam memenej waktu yang masih tersisa ini, agar kehidupan kita sukses di dunia ini dan dalam perjalanan panjang kita menuju Allah dan menuju syurga Allah serta bertemu dengan Allah. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun /23 : 115 – 118:
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?(115) Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.(116) Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.(117) Dan katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik."
Agar kita berhasil memenej waktu dengan baik dan maksimal, sesuai dengan misi (ibadah kepada Allah) dan visi hidup kita (menjadi khalifah Allah di muka bumi) yang telah dietapkan Allah, ada enam (6) kunci sukses yang perlu kita lakukan :
1. Menyadari betul betapa mahalnya nilai waktu itu. Waktu adalah anugerah Allah yang termahal setelah iman dan kehidupan. Waktu adalah modal utama kita dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan ini. Tanpa waktu, kita akan tidak bisa berbuat apa-apa. Namun demikian, waktu juga ibarat pisau bermata dua. Kalau kita salah menggunakannya, ia bisa melukai diri kita sendiri.
2. Waktu kita di dunia ini sangatlah terbatas dan sangatlah pendek jika dibanding dengan keseluruhan perjalanan kita menuju Allah, khususnya sejak kita dilahirkan Allah ke muka bumi ini sampai ke akhirat kelak. Waktu kehidupan dunia ini akan terasa sangat lebih pendek dan sedikit lagi jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat nanti. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah/2 : 28 :
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (tidak ada), maka Allah hidupkan kamu, kemudian Dia akan matikan kamu, kemudian Dia akan hidupkan kamu (kembali) dan kemudian kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
3. Jangan sampai tergoda oleh syahwat duniawi berupa harta, tahta dan wanita yang akan memalingkan kita dari kehidupan akhirat dan membangun visi hidup akhirat. Kita harus berorientasi akhirat. Kehidupan yang abadi dan yang sesungguhnya yang kita dambakan itu adalah di akhirat kelak. Kehidupan dunia ini hanya jembatan kita menuju kehdupan akhirat. Dunia ini hanya tempat kita menumpuk bekal akhirat. Hidup di dunia ini hanya ladang amal shaleh kita sebagai investasi yang akan kita petik keuntungannya besar-besaran di akhirat kelak. Faktanya, tak ada seorang manusiapun yang mampu tinggal dan hidup di atas bumi ini beribu-ribu tahun, apalagi selamanya. Bahkan untuk mencapai seratus tahun saja sulit kita temukan hari ini. Lalu, kenapa kita masih saja lupa hakikat dunia yang sementara dan akhirat yang abadi?
Sebab itu, kalau kita tertipu oleh rayuan dan tawaran gemerlap kehidupan dunia yang tidak seberapa ini, kita akan gagal total sepanjang perjalanan hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah mengingatkan kita agar tidak gagal dan dapat meraih kesukesesan yang abadi, kesuksesan tanpa batas di akhirat nanti sebabagai mana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 185 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan balasan (amal) kalian. Maka, siapa yang (hari itu) dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah sukses besar. Dan tidak adalah kehidupan dunia ini kecuali (sedikit) kenikmatan yang menipu.
4. Menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia yang sementara ini ada batas dan hambatan yang harus kita lewati. Paling tidak ada lima perkara yang menjadi batas dan hambatan yang bisa menyebabkan kita gagal dalam memenej waktu dengan baik dan maksimal, yaitu masa tua, sakit, kefakiran, kesibukan dan kematian. Karena itu, Rasul Saw. mengingatkan kita agar kelima batas dan hambatan tersebut dapat kita atasi dengan baik sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan Imam Al-Hakim dalam al-mustadraknya :
اغتنم خمسا قبل خمس شبابك قبل هرمك ، وصحتك قبل سقمك ، وغناءك قبل فقرك ، وفراغك قبل شغلك ، وحياتك قبل موتك
Gunakan peluang yang lima itu sebelum datang yang lima : masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang sakitmu, kecukupanmu sebelum datang kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu (mengurusi dunia) dan hidupmu sebelum datang kematianmu.
Kelima hal tersebut di atas adalah batas dan hambatan yang akan menyebabkan kita gagal dalam memenej waktu dan kehidupan di dunia yang akan mengakibatkan kegagalan kita sepanjang masa. Namun, batas dan hambatan yang paling terbesar dalam kehidupan kita di dunia ialah kematian. Karena bila kematian tiba, tak ada lagi kesempatan sedikitpun untuk beramal atau memperbaiki diri, atau bertaubat sekalipun. Sebab itu Rasul Saw. mengingatkan kita untuk selalu mengingat kematian. Karena kalau sudah dijemput kematian, penyesalan tidak berguna lagi sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam surat Al-Mukminun / 23 ayat 99 – 104 :
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100) فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ (101) فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (102) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (103) تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ (104
Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) (99) agar aku berbuat amal yang tidak aku lakukan (ketika di dunia). Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada (alam) barzakh sampal hari mereka dibangkitkan (100) Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya.(101) Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.(102) Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.(103) Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat (tubuh dan muka).(104).
Dalam surat Al-Munafiqun / 63, ayat 9 sampai 11 Allah menjelaskan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (9) وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (11
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat (taat kepada) Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (9) Dan infakkanlah (belanjakanlah di jalan Allah) sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?"(10) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (11)
5. Membuat planning hidup dan manajemen waktu harian berdasarkan shalat fardhu lima kali sehari. Bagaimanapun lurus dan kuatnya keimanan kita, sedalam apapun ilmu keislaman kita, sebesar apapun semangat amal shaleh kita, hidup secara islami dan aktivitas dakwah kita, tidak akan mengalami peningkatan dan perbaikan jika hidup ini kita lewati dan dibiarkan begitu saja tanpa ada palnning hidup yang kita susun. Sebaliknya, kita melihat betapa banyak anak muda, orang sehat, orang kaya dan orang berilmu jatuh ke dalam kubangan kehidupan sia-sia, atau mengalami kehidupan yang stagnan, tidak berkembang, dan bahkan mundur ke belakang akibat ketiadaan memiliki planning hidup. Sedangkan planning hidup yang terbaik adalah yang didasari oleh manajemen waktu harian berdasarkan shalat fardhu lima kali sehari.
Sebab itulah, Allah mewajibkan kita shalat fardhu lima kali dalam sehari semalam. Urutan dan jarak antara satu shalat dan shalat berikutnya sangat mengagumkan. Dimulai dari shalat subuh saat fajar menyingsing, dilanjutkan dengan shalat zhuhur saat mata hari melewati sedkit dari atas kepala kita, kemudian diteruskan dengan shalat ashar ketika bayang-bayang sudah sepanjang dirinya, dilanjutkan dengan shalat maghrib saat mata hari tenggelam dan ditutup dengan shalat isya saat warna merah (syafaq) muncul di sebelah barat. Itulah patokan waktu yang amat teliti dan sesuai dengan kapasitas dan beban diri kita yang Allah ciptakan. Allah berfirman dalam surat Annisa’/4 : 103 :
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Maka apabila kamu selesai shalat, maka berzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, dan duduk dan berbaring. Maka apabila kamu merasa tenang, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).. Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman
Manajemen waktu berdasarkan shalat itulah yang mampu meningkatkan kualitas hidup kita. Manajamen waktu seperti itulah yang mampu meningkatkan prodiktifitas hidup kita baik yang terkait dengan keimanan, ilmu, amal shaleh, pola hidup islami, dakwah dan jihad kita di jalan Allah. Manajemen hidup seperti itulah yang menjamin kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Di samping itu semua, manajemen hidup harian berdasarkan shalat fardhu itulah yang mampu mengendalikan diri kita dan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar, karena satu detikpun waktu tidak ada yang tebuang percuma, apalagi kosong dan digunakan untuk melakukan kemungkaran, dosa dan penyimpangan lainnya. Allah menjelaskan dalam surat Al-Ankabut / 29 : 45 :
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45
Bacalah apa yang diwahyukan kepadamu (Muhammad) dari Al-Kitab (Al-Qur’an) itu, dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan sungguh berzikir kepada Alllah (shalat) itu adalah yang lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa saja yang kamu kerjakan.
Bayangkan betapa dahsyatnya hidup kita jika kita bisa memenej waktu harian berdasarkan shalat fardhu yang lima. Kita mulai hari-hari kita dengan shalat subuh berjamaah di masjid di lingkungan kita, kemudian berzikir, membaca Al-Qur’an atau hadits Rasul saw., sarapan pagi, berangkat kerja, bekerja, shalat zhuhur berjamaah di masjid tempat kita bekerja, dilanjutkan makan siang, setelah itu melanjutkan pekerjaan, kemudain shalat ashar berjamaah, meneruskan pekerjaan, setelah waktu kerja selesai, pulang ke rumah, kemudian shalat maghrib berjamaah di masjid, kemudian membaca buku-buku yang bermanfaat, shalat isya berjamaah di masjid, kemudian makan malam bersama keluarga, diteruskan dengan diskusi keluarga / monitoring kondisi ibadah, pendidikan, pergaulan & kesehatan anak-anak atau anggota keluarga, nonton berita, kemudian tidur dan istirahat paling telah jam 22.000 dan kemudian bangun malam sekitar jam 03.00 / 03.30 untuk shalat malam (Tahajjud & Witir) bersama keluarga, dan setelah masuk waktu subuh dan azan berkumandang, shalat sunat fajar dan bersiap-siap menuju masjid untuk shalat subuh berikutnya.
Ini hanyalah contoh manajemen waktu harian berdasarkan shalat lima waktu. Kita bisa kembangakn dan mengisinya dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat lainnya sesuai ajaran Islam. Jika kita terapkan manajemen waktu harian ini, masih adakah waktu yang terbuang sia-sia? Masih adakah kesempatan berbuat dosa dan kemungkaran, seperti korupsi dan sebagainya? Terbayang saja tidak. Apalagi melakukannya. Jika manaejemen waktu berdasarkan shalat waktu ini kita amalkan, pasti kehidupan kita penuh berkah, efektif dan produktif baik terkait agama, dunia maupun akhirat kita. Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai porsinya masing-masing. Beginilah kehidupan para Nabi dan orang-orang shaleh sebelum kita.
Namu demikian, untuk suksesnya manajemen waktu berdasarkan shalat, ada satu hal yang harus kita yakini dan lakukan, yaitu SHALAT FARDHU adalah aktivitas kita yang utama, bukan bekerja, berbisnis, mencangkul, berdagang, membaca buku, dan sebagainya yang utama. Semua aktivitas kita harus tunduk kepada aturan waktu shalat fardhu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
6. Sabar dalam menjalankan planning hidup dan manajemen waktu yang kita buat. Menyusun planning hidup dan manajemen waktu berdasarkan shalat fardhu amatlah mudah. Namun menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari cukup sulit. Lebih sulit lagi menjaganya terus menerus sehingga menjadi habit (kebiasaan hidup) sehari-hari. Untuk itu, diperlukan semangat baja, tekad yang kuat yang tak kenal menyerah dan putus asa. Untuk meraih itu semua, sabar adalah kata kuncinya. Ternyata sabar dalam ketaatan jauh lebih berat dari kesabaran untuk tidak melakukan maksiat. Sebab itu, sabar dan shalat itu sangat mahal harganya, erat kaitannya dan tidak bisa dipisahkan. Sabar dan shalat adalah syarat mendapatkan pertolongan Allah. Sedangkan kesabaran salah satu syarat kesediaan Alllah untuk mau bersama kita, sebagaimana firman Alllah dalam surat Al-baqarah / 2 ; 153 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) melalui sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Di samping itu, sabar adalah kunci meraih kebaikan dan ganjaran tanpa batas dari Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Azzumar/39 : 10 :
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhan Penciptamu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.