Loading...

02 February 2011

FatahKun

Energi Positif Sebuah Pelukan

Suatu hari di Gua Hira, Muhammad Saw. tengah bertahannuts (berdiam diri sambil beribadah kepada Rabbnya). Beliau telah berhari-hari tinggal di sana untuk memanjatkan doa kepada Sang Pencipta. Ketika tiba saatnya bulan Ramadhan, tiba-tiba muncullah sesosok makhluk dalam wujud seorang laki-laki.

Makhluk tersebut memeluk Muhammad, sambil berkata, “Iqra!” (Bacalah!). Kemudian beliau menjawab, “Ma ana biqira-in” (Saya tidak bisa membaca). Sosok tersebut mengulang kembali perintah yang sama yang dijawab sama pula oleh Muhammad. Hal tersebut berulang hingga tiga kali.

Setelah itu, Muhammad dapat membaca kata-kata yang diajarkan sosok tersebut. Di kemudian hari, kata-kata itu menjadi wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Muhammad melalui Jibril, sosok laki-laki yang menemui Muhammad di Gua Hira.

Sepulang dari gua Hira, Muhammad mencari Khadijah (istrinya) dan berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Ia gemetar ketakutan dan saat itu yang paling diinginkannya adalah kehangatan, ketenangan, dan kepercayaan dari orang yang dicintainya. Khadijah pun langsung menyelimuti Muhammad dan sambil memeluk, ia mendengarkan curahan hati sang suami tercinta. Khadijah pun kemudian menenangkan dan meyakinkan suaminya bahwa yang dialaminya bukanlah sesuatu yang menakutkan namun amanah yang akan sanggup ia jalankan, kelak di kemudian hari.

Mendengar ucapan istrinya yang begitu yakin membuat hati Muhammad tenang dan beliau merasa yakin bahwa dirinya baru saja diangkat menjadi Rasul. Dan setelah itu, Rasulullah selalu mendambakan pelukan hangat dari Khadijah setiap kali mendapatkan hambatan dakwah.

Terapi pelukan hampir sama dengan terapi jalan kaki. Terapi pelukan meningkatkan keseimbangan tubuh, kesehatan, dan mengurangi stres. Tentu saja, pelukan di sini tidak harus antara suami dan istri ataupun pelukan yang mengikutsertakan gairah di dalamnya.

Pelukan yang dimaksud di sini adalah pelukan yang dapat dilakukan pada dan oleh siapa saja dengan penuh kasih sayang, misalnya orangtua kepada anaknya, kakak kepada adiknya, kakek/nenek kepada cucunya, dan lain sebagainya.

Dr. Bhagat, salah satu doktor yang meneliti pengaruh pelukan di India mengatakan, “SENTUHAN, walau sekadar jabat tangan dan menyentuh pipi dengan pipi, ini ada manfaatnya. Ada rasa kehangatan ketika kita saling berjabat tangan. Namun, bila dilakukan lebih dari itu, yaitu dengan PELUKAN, tentu lebih bermanfaat, unsur terapinya akan lebih tinggi.”

Seluruh bagian di kulit kita memiliki organ perasa. Dari ujung kaki hingga kepala adalah area yang sensitif bila disentuh. Bahkan ketika masih di dalam kandungan (walau dilindungi air ketuban), sang janin sangat menyukai sentuhan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Jika sering disentuh, janin dalam kandungan akan tumbuh menjadi bayi yang sehat. Selain itu, secara psikis bayi tersebut akan tumbuh menjadi orang yang penyayang.

Anak-anak yang sering disentuh, dibelai, dan dipeluk oleh orangtuanya juga akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Mereka akan merasa nyaman dan memiliki kepercayaan diri.
Pertumbuhan dan kesehatan mereka pun akan lebih bagus dibanding dengan anak-anak yang jarang disentuh, dibelai, dan dipeluk.

Jika bayi atau anak-anak rewel atau sakit, jangan biarkan mereka sendirian. Peluklah karena hal tersebut akan membuat mereka merasa nyaman kekebalan tubuhnya meingkat yang pada gilirannya akan membuat kondisi kesehatan mereka lebih baik.

Pada manusia dewasa, sentuhan dan pelukan juga sangat berarti, apalagi pada saat kehilangan seseorang, depresi, maupun stres. Dengan berpelukan, dia merasa ada orang yang memperhatikan, mencintai, serta membutuhkannya.


Perlu diketahui bahwa seluruh kulit kita sangat peka terhadap rangsang pelukan dan sangat membutuhkan sentuhan yang hangat dan erat. Dr. Harold Voth, senior psikiater di Kansas (Amerika Serikat) telah melakukan riset dengan menggunakan sampel ratusan orang. Hasilnya, mereka yang berpelukan mampu mengusir depresi, meningkatkan kekebalan tubuh, awet muda, tidur lebih nyenyak, dan badan akan terasa lebih sehat.

Helen Colton, penulis buku The Joy of Touching juga menemukan bahwa ketika seseorang disentuh, hemoglobin dalam darahnya meningkat hingga suplai oksigen ke jantung dan otak lebih lancar, badan menjadi lebih sehat, dan mempercepat proses penyembuhan.

Maka bisa dikatakan bahwa pelukan bisa menyembuhkan penyakit ‘hati’ dan merangsang hasrat hidup. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh jurnal Psychosomatic Medicine yang menyatakan bahwa pelukan hangat dapat melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian. Hormon tersebut akan menekan hormon penyebab stres yang awalnya mendekam di tubuh manusia.

Untuk itu, mulai saat ini, budayakanlah di rumah kita untuk saling memeluk. Ibu maupun ayah harus sesering mungkin memeluk anaknya, begitupun sebaliknya. Seorang kakak pun harus sering memeluk adiknya, sehingga akan terasa kasih sayang di antara keduanya.

Jika budaya pelukan sudah menghiasi setiap rumah, maka akan lahirlah generasi-generasi yang memiliki kasih sayang yang tinggi. Dan dengan kasih sayang yang tinggi akan mampu meminimalisir ketidakstabilan emosi manusia yang senantiasa berkasih sayang. Dalam salah satu hadits,

عَنْ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ لَمْ يَرْحَمِ النَّاسَ لاَ يَرْحَمْهُ اللهُ. الترمذى

Dari Jarir bin ‘Abdullah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak kasih sayang kepada manusia, Allah tidak akan kasih sayang kepadanya”.(HR. Tirmidzi)


percikaniman.org