Loading...

28 September 2010

FatahKun

Meneladani akhlak Nabi Muhammad

Merajalelanya kemaksiatan dan kriminalitas adalah bukti bahwa bangsa ini mengidap dekadensi moral yang akut. Parahnya, gejala ini tidak hanya menimpa masyarakat kalangan bawah, tapi juga meliputi pemimpin bangsa dan tokoh agama. Tingginya tingkat korupsi dan kolusi, baik yang dilakukan birokrat maupun tokoh agama, membuat masyarakat kehilangan panutan, sehingga lahirlah krisis keteladanan. Karena itu, bangsa yang berpenduduk mayoritas Muslim ini perlu becermin pada akhlak Rasulullah SAW agar menjadi sehat dan makmur sejahtera.

Jadi, apa yang dipraktikkan Rasulullah SAW sehari-hari merupakan ajaran-ajaran Al-Qur''an serta mencirikan makna sejati Islam yang cinta damai. Keluhuran akhlak dan budi pekerti Rasulullah SAW tidak hanya diakui orang sezaman dengannya, tapi juga oleh generasi sesudahnya, termasuk non-Muslim. Bahkan Allah SWT menyebut beliau sebagai pemilik akhlak yang agung (QS al-Qalam [68]: 4) dan teladan yang baik (QS al-Ahzab [33]: 21).

Dalam Al-Qur''an ada perintah bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah SWT dan menunggu datangnya hari kiamat untuk meneladani tingkah laku beliau (QS al-Ahzab [33]: 21). Sebuah hadis bahkan mewajibkan cinta kepada Rasulullah SAW. Umat Islam, jika ditanya apakah mereka mencintai dan mengidolakan Nabi Muhammad SAW, pasti menjawab "ya". Tapi benarkah umat Islam mencintai dan mengidolakan beliau? Bukankah sang pencinta akan berbuat sesuai keinginan yang dicintai! Tapi kenapa akhlak umat Islam saat ini jauh dari nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah SAW? Jika umat Islam mengidolakan Rasulullah SAW, kenapa perbuatan mereka berseberangan dengan tingkah laku beliau?

Bahkan ada yang menyatakan bahwa mereka yang di luar kelompoknya sebagai "kafir" dan musuh. Rasulullah adalah seorang yang lemah-lembut dan sopan, tapi kita kok menampilkan wajah yang garang. Rasulullah SAW adalah seorang pemaaf, tapi kita malah menjadi umat yang sering marah-marah. Bukankah ini bertentangan secara diametral dengan akhlak Rasulullah SAW? Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak bisa diubah dan diperbaiki karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna. Oleh sebab itu, dia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan. Mari kita wujudkan cinta kepada Rasulullah dalam amal dan perbuatan, tidak hanya terucap di bibir.