Hani’, budak Utsman bin Affan meriwayatkan hadits, “Ketika Utsman radhiyallahu ‘anhu berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis tersedu-sedu sampai basah janggutnya. Lalu beliau ditanya, ‘Engkau mengingat surga dan neraka tetapi tidak menangis. Namun saat mengingat kubur, engkau menangis. Mengapa?’ Jawab beliau, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Kubur adalah rumah akhirat pertama. Bila selamat di kubur, maka setelahnya menjadi lebih mudah; bila tidak selamat dari kubur, maka setelahnya lebih sulit.’ Aku juga mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Disebabkan fase setelah kubur lebih mudah bagi yang telah selamat, maka seorang mukmin dalam kuburnya, ketika melihat surga yang disiapkan Allah, mereka berkata, “Ya Tuhan, segerakanlah terjadinya kiamat agar aku tidak kembali ke keluarga dan hartaku.” Sedangkan orang-orang kafir, ketika melihat azab pedih yang disiapkan Allah baginya, berseru, “Ya Tuhan, jangan kau datangkan kiamat.” Karena yang akan datang setelahnya lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan. Gelapnya Alam Kubur
Seorang wanita yang biasa menyapu masjid Nabawi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia wafat dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun merasa kehilangan atas kepergiannya itu. Para sahabat menyampaikan bahwa wanita tersebut meninggal pada saat malam dan telah dikubur pada malam itu juga. Para sahabat tidak sampai hati mengingatkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lalu meminta beberapa sahabat untuk menunjukkan kuburnya. Setelah sampai di kubur wanita tersebut, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Kuburan ini sungguh sangat gelap bagi para penghuninya. Allah azza wa jalla menyinarinya bagi mereka dengan salatku tadi.” (HR. Bukhari, Muslim, dll.)
Himpitan Kubur
Setelah mayit diletakkan di dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorang pun baik besar , kecil, soleh, maupun jahat dapat selamat dari himpitan kubur. Beberapa hadits menerangkan bahwa kubur menghimpit Saad ibn Muadz yang kematiannya membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya. Dalam Sunan An-Nasa’I diriwayatkan dari Ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.”
Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kubur memiliki himpitan yang bila seseorang selamat darinya, maka (ia selamat sama seperti) Saad ibn Muadz yang telah selamat.” (HR. Ahmad)
Fitnah Kubur
Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, datanglah kepadanya malaikat dalam bentuk yang menakutkan. Dalam hadits riwayat Al-Barra bin ‘Azib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Lalu ia di datangi dua malaikat yang sangat kejam. Mereka membentak, lalu mendudukannya dan bertanya, ‘Siapa tuhanmu? Siapa nabimu? Apa agamamu?’ Ini adalah ujian terakhir yang menimpa seorang mukmin. Itulah makna firman Allah, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia.’ Ia menjawab, ‘Tuhanku Allah. Agamaku Islam. Nabiku Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Tak lama kemudian terdengar seruan dari langit, ‘Hamba-Ku benar.’” Mengenai orang kafir, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Dua malaikat yang sangat kejam datang kepadanya. Mereka membentak dan mendudukannya, lalu bertanya, ‘Siapa tuhanmu?’ Ia menjawab, ‘Ha, ha…aku tidak tahu.’ Mereka bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Jawabnya, ‘Ha, ha….aku tidak tahu.’ Mereka bertanya lagi, ‘Apa pendapatmu tentang laki-laki yang diutus kepada kalian ini?’ Ia tidak mengenal namanya. Ketika dijawab Muhammad, ia berkata, ‘Ha, ha…aku tidak tahu.’ Lalu terdengarlah seruan, ‘Hamba-Ku dusta.’”
Dari hadits yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa orang kafir pun diuji di dalam kubur. Imam Tirmidzi berpendapat bahwa umat terdahulu, bila menolak dakwah para rasul, maka mereka akan diazab Allah hingga binasa. Adapun umat Islam, azabnya ditangguhkan. Sedangkan Abdul Haq Al-Isybily, Ibnu Qayyim, Al-Qurthubi, As-Safarini dan selainnya berpendapat bahwa pertanyaan dalam kubur berlaku untuk umum, baik orang mukmin maupun kafir.
Azab dan Nikmat Kubur
Penulis kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiyah berkata, “Hadits mengenai azab dan nikmat kubur, serta permasalahan mengenai pertanyaan malaikat di dalam kubur, hal tersebut berasal dari sumber yang mutawatir. Oleh karenanya, wajib untuk meyakini dan mengimani hal tersebut, dan kita tidak perlu memperbincangkan masalah caranya. Tidak ada otoritas bagi akal untuk memikirkan caranya, karena akal tidak dapat berhubungan dengan alam ini. Syariat tidak membawa sesuatu yang mustahil menurut akal, tetapi syariat terkadang membawa hal yang dianggap kontroversi bagi akal. Dalam kasus ini, kembalinya roh ke jasad janganlah dibayangkan menurut ukuran-ukuran duniawi; roh dikembalikan ke jasad dengan cara yang berlainan dengan yang ada di dunia.”
Kalangan atheis dan orang-orang Islam yang mengikuti pendapat para filosof mengingkari adanya azab kubur. Mereka beralasan bahwa setelah membongkar kubur, mereka tidak melihat sama sekali apa yang diberitakan oleh nash-nash syariat. Mereka semua tidak mempercayai apa yang di luar jangkauan ilmu mereka. Mereka mengira bahwa penglihatan mereka dapat melihat segala sesuatu dan pendengaran mereka dapat mendengar segala sesuatu, padahal kita saat ini telah mengetahui beberapa rahasia alam yang oleh penglihatan dan pendengaran kita tidak dapat menangkapnya. Orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala akan membenarkan berita-Nya.
Di dalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat yang menunjukkan adanya azab kubur. “(Ingatlah) ketika orang-orang yang lalim (berada) dalam tekanan sakratul maut, dan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu! Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangt menghinakan.’” (QS. Al-An’Am:93)
“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (QS. At-Taubah: 101)
“Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. Dikatakan kepada malaikat, ‘Masukanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.’” (QS. Ghafir: 46)
Imam Bukhari menjelaskan bahwa ayat pertama sebagaimana yang dikemukakan di atas membahas tentang malaikat yang mengazab orang-orang kafir pada saat sekarat. Ayat kedua menunjukkan adanya dua azab yang menimpa orang-orang munafik sebelum azab hari kiamat. Azab pertama adalah musibah yang ditimpakan oleh Allah di dunia dengan siksaan langsung, sedangkan yang azab yang kedua adalah siksa kubur.
Ayat ketiga merupakan argumentasi yang jelas bagi ahlu sunnah dalam menetapkan adanya azab kubur. Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa neraka ditampakkan kepada keluarga Fir’aun pada pagi dan petang sebelum hari kiamat, karena setelah itu Allah berfirman, “Dan pada hari terjadinya kiamat, dikatakan kepada malaikat, ‘Masukanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.’” Al-Qurthubi berkata, “Sebagian besar ulama berpendapat bahwa penampakan ini terjadi di alam barzakh. Ini merupakan landasan dalam menetapkan adanya azab kubur.”
Dalam hadits Anas disebutkan bahwa seorang mukmin setelah menjawab pertanyaan malaikat dengan benar di dalam kubur, dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempat tinggalmu di neraka. Namun Allah menggantinya dengan surga.” Ia melihat neraka dan surga. Qatadah berkata, “Ada riwayat bahwa kuburnya dilapangkan.” Dalam hadits Anas juga disebutkan bahwa orang kafir dan munafik setelah menjawab dengan salah di dalam kubur, dikatakan kepadanya, “Kau tidak mengetahui dan tidak mengikuti.” Kemudian ia dipukul dengan palu besi pada bagian di antara dua telinganya. Ia menjerit histeris hingga terdengar oleh yang disekitarnya kecuali manusia dan jin. (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang Berhutang, Ditahan di Dalam Kubur
Hutang adalah salah satu perkara yang dapat membahayakan orang yang telah meninggal di dalam kuburnya. Sa’ad ibn Al-Athwal menceritakan bahwa saudaranya wafat. Saudaranya itu meninggalkan hutang sebesar tiga ratus dirham dan sebuah keluarga. Sa’ad berkata, “Aku ingin menginfakkan harta tersebut kepada keluarganya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya saudaramu tertahan karena hutangnya, maka pergi dan bayarlah hutangnya. Lalu aku pergi dan membayar hutangnya, kemudian aku datang dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah membayar hutangnya kecuali dua dinar yang diklaim oleh seorang perempuan, sebab ia tidak memiliki bukti.’ Beliau menjawab, ‘Berikanlah, sebab ia berhak.’” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi)
Hal-Hal yang Menyelamatkan Manusia dari Azab Kubur
Mempersiapkan diri sebelum menghadapi kematian merupakan faktor yang dapat menyelamatkan seseorang dari azab kubur, sehingga ketika maut datang secara tiba-tiba, maka kelak tidak akan muncul penyesalan dalam dirinya. Di antara persiapan menghadapi maut adalah segera bertaubat, menunaikan kewajiban dalam syariat, memperbanyak amal shaleh, memperbaiki akidahnya, berjihad, berbuat baik pada orang tua, menyambung silaturahim, dan amal-amal soleh lainnya yang dengan amalan tersebut Allah memberinya jalan keluar dari tiap kesulitan dan kesusahan.
Ibnu Taimiyah berkata dengan mengutip hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Abu Hatim dalam shahih-nya, “Sungguh orang mati dapat mendengar suara langkah kaki orang-orang yang pergi meninggalkannya. Jika ia seorang mukmin, maka shalat berada di dekat kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat disebelah kirinya, perbuaan baik seperti berkata benar, silaturahim, dan perbuatan baik kepada manusia berada di dekat kaki. Ia lalu didatangi (oleh malaikat) dari arah kepalanya, maka salat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kanan, maka puasa berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kiri, maka zakat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik, seperti berkata benar, silaturahim, dan berbuat baik kepada manusia, berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘duduklah.’ Ia pun duduk. Kepadanya ditampakkan bentuk serupa matahari yang hampir terbenam. Ia ditanya, ‘Siapa lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa komentarmu tentangnya?’ Ia menjawab, ‘Tinggalkan aku, aku ingin salat.’ Mereka menyahut, ‘Sungguh kamu boleh melakukannya, tetapi jawablah pertanyaan kami.’ Ia berkata, ‘Apa pertanyaan kalian?’ Mereka menanyakan, ‘Apa komentarmu tentang lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa persaksianmu terhadapnya?’ Ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allah, dan dia membawa kebenaran dari Allah.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Dengan dasar keimanan itulah kau telah hidup, dan dengan dasar itu kau telah mati, dan dengan dasar itu pula kau akan dibangkitkan, insyaAllah.’ Kemudian dibukakan baginya pintu surga, lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini tempat tinggalmu di surga dan segala yang telah Allah siapkan untukmu.’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian dibukakan pintu neraka, dan dikatakan, ‘Itu adalah tempat tinggalmu dan segala yang telah Allah siapkan untukmu (jika kau mendurhakai-Nya).’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian kuburnya diluaskan seluas tujuh puluh hasta dan diterangi cahaya, jasadnya dikembalikan seperti semula, dan jiwanya dijadikan dalam penciptaan yang baik bagai burung yang bertengger di pohon surga.”
Memohon Perlindungan Kepada Allah dari Fitnah dan Azab Kubur
Fitnah dan azab kubur merupakan keadaan yang sangat besar, sehingga Rasulullah memohon perlindungan dari hal itu baik dalam sholat maupun di luar sholat. Beliau pun sangat menganjurkan kepada umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allah dari segala fitnah dan azab kubur.
Orang-Orang yang Terpelihara dari Fitnah dan Azab Kubur
Sebagian kaum mukmin yang melakukan amal-amal besar atau tertimpa musibah besar akan terjaga dari fitnah dan azab kubur. Mereka di antaranya adalah:
Pertama, orang yang mati syahid.
An-Nasa’I meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, mengapa kaum mukmin diuji dalam kubur kecuali yang mati syahid?” Beliau menjawab, “Cukuplah baginya ujian kilatan pedang di atas kepalanya.”
Kedua, seseorang yang gugur ketika bertugas jaga (sebagai prajurit) di jalan Allah
Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda, “Setiap yang gugur akan selesai amalnya kecuali yang meninggal ketika bertugas jaga di jalan Allah. Amalnya terus tumbuh sampai hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah kubur.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
Ketiga, seseorang yang meninggal hari Jum’at
Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Keempat, seseorang yang meninggal karena sakit perut
Abdullah ibn Yasar berkata, “Aku pernah duduk bersama Sulaiman ibn Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang meninggal karena sakit perut. Keduanya ingin menyaksikan jenazahnya. Salah satunya mengatakan kepada yang lain, ‘Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Orang yang meninggal karena sakit perut tidak akan diazab di dalam kubur.’ Yang satunya menjawab, ‘Ya.’ (HR. An-Nasa’I dan Tirmidzi)
Nasehat dari Penyair
Betapa banyak orang sehat mati tanpa sakit
Betapa banyak yang sakit justru hidup lebih lama
Biarlah dunia menghampirimu dengan sia-sia
Duniamu tiada lain laksana bayangan yang menaungimu, lalu lenyap tak berbekas
Setiap hari maut menebar kafan, sementara kita lalai akan kewajiban
Berikanlah pada dirimu taubat, sebelum kau mati dan mulutmu terkunci
Sumber:
Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ensiklopedia Kiamat: Serambi
Disebabkan fase setelah kubur lebih mudah bagi yang telah selamat, maka seorang mukmin dalam kuburnya, ketika melihat surga yang disiapkan Allah, mereka berkata, “Ya Tuhan, segerakanlah terjadinya kiamat agar aku tidak kembali ke keluarga dan hartaku.” Sedangkan orang-orang kafir, ketika melihat azab pedih yang disiapkan Allah baginya, berseru, “Ya Tuhan, jangan kau datangkan kiamat.” Karena yang akan datang setelahnya lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan. Gelapnya Alam Kubur
Seorang wanita yang biasa menyapu masjid Nabawi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia wafat dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun merasa kehilangan atas kepergiannya itu. Para sahabat menyampaikan bahwa wanita tersebut meninggal pada saat malam dan telah dikubur pada malam itu juga. Para sahabat tidak sampai hati mengingatkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lalu meminta beberapa sahabat untuk menunjukkan kuburnya. Setelah sampai di kubur wanita tersebut, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Kuburan ini sungguh sangat gelap bagi para penghuninya. Allah azza wa jalla menyinarinya bagi mereka dengan salatku tadi.” (HR. Bukhari, Muslim, dll.)
Himpitan Kubur
Setelah mayit diletakkan di dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorang pun baik besar , kecil, soleh, maupun jahat dapat selamat dari himpitan kubur. Beberapa hadits menerangkan bahwa kubur menghimpit Saad ibn Muadz yang kematiannya membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya. Dalam Sunan An-Nasa’I diriwayatkan dari Ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.”
Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kubur memiliki himpitan yang bila seseorang selamat darinya, maka (ia selamat sama seperti) Saad ibn Muadz yang telah selamat.” (HR. Ahmad)
Fitnah Kubur
Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, datanglah kepadanya malaikat dalam bentuk yang menakutkan. Dalam hadits riwayat Al-Barra bin ‘Azib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Lalu ia di datangi dua malaikat yang sangat kejam. Mereka membentak, lalu mendudukannya dan bertanya, ‘Siapa tuhanmu? Siapa nabimu? Apa agamamu?’ Ini adalah ujian terakhir yang menimpa seorang mukmin. Itulah makna firman Allah, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia.’ Ia menjawab, ‘Tuhanku Allah. Agamaku Islam. Nabiku Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Tak lama kemudian terdengar seruan dari langit, ‘Hamba-Ku benar.’” Mengenai orang kafir, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Dua malaikat yang sangat kejam datang kepadanya. Mereka membentak dan mendudukannya, lalu bertanya, ‘Siapa tuhanmu?’ Ia menjawab, ‘Ha, ha…aku tidak tahu.’ Mereka bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Jawabnya, ‘Ha, ha….aku tidak tahu.’ Mereka bertanya lagi, ‘Apa pendapatmu tentang laki-laki yang diutus kepada kalian ini?’ Ia tidak mengenal namanya. Ketika dijawab Muhammad, ia berkata, ‘Ha, ha…aku tidak tahu.’ Lalu terdengarlah seruan, ‘Hamba-Ku dusta.’”
Dari hadits yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa orang kafir pun diuji di dalam kubur. Imam Tirmidzi berpendapat bahwa umat terdahulu, bila menolak dakwah para rasul, maka mereka akan diazab Allah hingga binasa. Adapun umat Islam, azabnya ditangguhkan. Sedangkan Abdul Haq Al-Isybily, Ibnu Qayyim, Al-Qurthubi, As-Safarini dan selainnya berpendapat bahwa pertanyaan dalam kubur berlaku untuk umum, baik orang mukmin maupun kafir.
Azab dan Nikmat Kubur
Penulis kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiyah berkata, “Hadits mengenai azab dan nikmat kubur, serta permasalahan mengenai pertanyaan malaikat di dalam kubur, hal tersebut berasal dari sumber yang mutawatir. Oleh karenanya, wajib untuk meyakini dan mengimani hal tersebut, dan kita tidak perlu memperbincangkan masalah caranya. Tidak ada otoritas bagi akal untuk memikirkan caranya, karena akal tidak dapat berhubungan dengan alam ini. Syariat tidak membawa sesuatu yang mustahil menurut akal, tetapi syariat terkadang membawa hal yang dianggap kontroversi bagi akal. Dalam kasus ini, kembalinya roh ke jasad janganlah dibayangkan menurut ukuran-ukuran duniawi; roh dikembalikan ke jasad dengan cara yang berlainan dengan yang ada di dunia.”
Kalangan atheis dan orang-orang Islam yang mengikuti pendapat para filosof mengingkari adanya azab kubur. Mereka beralasan bahwa setelah membongkar kubur, mereka tidak melihat sama sekali apa yang diberitakan oleh nash-nash syariat. Mereka semua tidak mempercayai apa yang di luar jangkauan ilmu mereka. Mereka mengira bahwa penglihatan mereka dapat melihat segala sesuatu dan pendengaran mereka dapat mendengar segala sesuatu, padahal kita saat ini telah mengetahui beberapa rahasia alam yang oleh penglihatan dan pendengaran kita tidak dapat menangkapnya. Orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala akan membenarkan berita-Nya.
Di dalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat yang menunjukkan adanya azab kubur. “(Ingatlah) ketika orang-orang yang lalim (berada) dalam tekanan sakratul maut, dan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu! Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangt menghinakan.’” (QS. Al-An’Am:93)
“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (QS. At-Taubah: 101)
“Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. Dikatakan kepada malaikat, ‘Masukanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.’” (QS. Ghafir: 46)
Imam Bukhari menjelaskan bahwa ayat pertama sebagaimana yang dikemukakan di atas membahas tentang malaikat yang mengazab orang-orang kafir pada saat sekarat. Ayat kedua menunjukkan adanya dua azab yang menimpa orang-orang munafik sebelum azab hari kiamat. Azab pertama adalah musibah yang ditimpakan oleh Allah di dunia dengan siksaan langsung, sedangkan yang azab yang kedua adalah siksa kubur.
Ayat ketiga merupakan argumentasi yang jelas bagi ahlu sunnah dalam menetapkan adanya azab kubur. Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa neraka ditampakkan kepada keluarga Fir’aun pada pagi dan petang sebelum hari kiamat, karena setelah itu Allah berfirman, “Dan pada hari terjadinya kiamat, dikatakan kepada malaikat, ‘Masukanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.’” Al-Qurthubi berkata, “Sebagian besar ulama berpendapat bahwa penampakan ini terjadi di alam barzakh. Ini merupakan landasan dalam menetapkan adanya azab kubur.”
Dalam hadits Anas disebutkan bahwa seorang mukmin setelah menjawab pertanyaan malaikat dengan benar di dalam kubur, dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempat tinggalmu di neraka. Namun Allah menggantinya dengan surga.” Ia melihat neraka dan surga. Qatadah berkata, “Ada riwayat bahwa kuburnya dilapangkan.” Dalam hadits Anas juga disebutkan bahwa orang kafir dan munafik setelah menjawab dengan salah di dalam kubur, dikatakan kepadanya, “Kau tidak mengetahui dan tidak mengikuti.” Kemudian ia dipukul dengan palu besi pada bagian di antara dua telinganya. Ia menjerit histeris hingga terdengar oleh yang disekitarnya kecuali manusia dan jin. (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang Berhutang, Ditahan di Dalam Kubur
Hutang adalah salah satu perkara yang dapat membahayakan orang yang telah meninggal di dalam kuburnya. Sa’ad ibn Al-Athwal menceritakan bahwa saudaranya wafat. Saudaranya itu meninggalkan hutang sebesar tiga ratus dirham dan sebuah keluarga. Sa’ad berkata, “Aku ingin menginfakkan harta tersebut kepada keluarganya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya saudaramu tertahan karena hutangnya, maka pergi dan bayarlah hutangnya. Lalu aku pergi dan membayar hutangnya, kemudian aku datang dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah membayar hutangnya kecuali dua dinar yang diklaim oleh seorang perempuan, sebab ia tidak memiliki bukti.’ Beliau menjawab, ‘Berikanlah, sebab ia berhak.’” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi)
Hal-Hal yang Menyelamatkan Manusia dari Azab Kubur
Mempersiapkan diri sebelum menghadapi kematian merupakan faktor yang dapat menyelamatkan seseorang dari azab kubur, sehingga ketika maut datang secara tiba-tiba, maka kelak tidak akan muncul penyesalan dalam dirinya. Di antara persiapan menghadapi maut adalah segera bertaubat, menunaikan kewajiban dalam syariat, memperbanyak amal shaleh, memperbaiki akidahnya, berjihad, berbuat baik pada orang tua, menyambung silaturahim, dan amal-amal soleh lainnya yang dengan amalan tersebut Allah memberinya jalan keluar dari tiap kesulitan dan kesusahan.
Ibnu Taimiyah berkata dengan mengutip hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Abu Hatim dalam shahih-nya, “Sungguh orang mati dapat mendengar suara langkah kaki orang-orang yang pergi meninggalkannya. Jika ia seorang mukmin, maka shalat berada di dekat kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat disebelah kirinya, perbuaan baik seperti berkata benar, silaturahim, dan perbuatan baik kepada manusia berada di dekat kaki. Ia lalu didatangi (oleh malaikat) dari arah kepalanya, maka salat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kanan, maka puasa berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kiri, maka zakat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik, seperti berkata benar, silaturahim, dan berbuat baik kepada manusia, berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘duduklah.’ Ia pun duduk. Kepadanya ditampakkan bentuk serupa matahari yang hampir terbenam. Ia ditanya, ‘Siapa lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa komentarmu tentangnya?’ Ia menjawab, ‘Tinggalkan aku, aku ingin salat.’ Mereka menyahut, ‘Sungguh kamu boleh melakukannya, tetapi jawablah pertanyaan kami.’ Ia berkata, ‘Apa pertanyaan kalian?’ Mereka menanyakan, ‘Apa komentarmu tentang lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa persaksianmu terhadapnya?’ Ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allah, dan dia membawa kebenaran dari Allah.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Dengan dasar keimanan itulah kau telah hidup, dan dengan dasar itu kau telah mati, dan dengan dasar itu pula kau akan dibangkitkan, insyaAllah.’ Kemudian dibukakan baginya pintu surga, lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini tempat tinggalmu di surga dan segala yang telah Allah siapkan untukmu.’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian dibukakan pintu neraka, dan dikatakan, ‘Itu adalah tempat tinggalmu dan segala yang telah Allah siapkan untukmu (jika kau mendurhakai-Nya).’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian kuburnya diluaskan seluas tujuh puluh hasta dan diterangi cahaya, jasadnya dikembalikan seperti semula, dan jiwanya dijadikan dalam penciptaan yang baik bagai burung yang bertengger di pohon surga.”
Memohon Perlindungan Kepada Allah dari Fitnah dan Azab Kubur
Fitnah dan azab kubur merupakan keadaan yang sangat besar, sehingga Rasulullah memohon perlindungan dari hal itu baik dalam sholat maupun di luar sholat. Beliau pun sangat menganjurkan kepada umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allah dari segala fitnah dan azab kubur.
Orang-Orang yang Terpelihara dari Fitnah dan Azab Kubur
Sebagian kaum mukmin yang melakukan amal-amal besar atau tertimpa musibah besar akan terjaga dari fitnah dan azab kubur. Mereka di antaranya adalah:
Pertama, orang yang mati syahid.
An-Nasa’I meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, mengapa kaum mukmin diuji dalam kubur kecuali yang mati syahid?” Beliau menjawab, “Cukuplah baginya ujian kilatan pedang di atas kepalanya.”
Kedua, seseorang yang gugur ketika bertugas jaga (sebagai prajurit) di jalan Allah
Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda, “Setiap yang gugur akan selesai amalnya kecuali yang meninggal ketika bertugas jaga di jalan Allah. Amalnya terus tumbuh sampai hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah kubur.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
Ketiga, seseorang yang meninggal hari Jum’at
Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Keempat, seseorang yang meninggal karena sakit perut
Abdullah ibn Yasar berkata, “Aku pernah duduk bersama Sulaiman ibn Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang meninggal karena sakit perut. Keduanya ingin menyaksikan jenazahnya. Salah satunya mengatakan kepada yang lain, ‘Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Orang yang meninggal karena sakit perut tidak akan diazab di dalam kubur.’ Yang satunya menjawab, ‘Ya.’ (HR. An-Nasa’I dan Tirmidzi)
Nasehat dari Penyair
Betapa banyak orang sehat mati tanpa sakit
Betapa banyak yang sakit justru hidup lebih lama
Biarlah dunia menghampirimu dengan sia-sia
Duniamu tiada lain laksana bayangan yang menaungimu, lalu lenyap tak berbekas
Setiap hari maut menebar kafan, sementara kita lalai akan kewajiban
Berikanlah pada dirimu taubat, sebelum kau mati dan mulutmu terkunci
Sumber:
Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ensiklopedia Kiamat: Serambi