Loading...

27 April 2010

FatahKun

Keluarga sarana pendidikan kesehatan mental

“Dan sesungguhnya kami akan memberikan cobaan kepada kamu berupa ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa, kekurangan buah-buahan dan gembirakanlah orang yang sabar.” (QS. Albaqarah [2]: 155)

Bila kita menghayati arti kehidupan yang diberikan Allah Swt, tentunya kita sepakat mengatakan bahwa hidup yang kita jalani ini adalah semata-mata hanya untuk ibadah kepada Allah , seperti yang dijelaskan pada surat adz-dzariyat ayat 56. Tetapi dalam menjalani proses ibadah tersebut, Allah akan menyeleksi dengan memberikan ujian kepada hamba-Nya seperti yang sudah dijelaskan pada ayat diatas.

Ada yang diuji dengan kesulitan, kemudah-mudahan kesenangan dan kekuatan, dll. Bagi umat yang mampu melalui ujian dengan sabar, yaitu ketika mendapat cobaan mereka mengatakan sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada-Nyalah kami kembali, mereka inilah yang selamat kelak. Maka untuk mempunyai sikap sabar, penulis berpendapat bahwa kita harus mendapatkan ilmu dan pendidikan bagaimana cara bersikap bijak, dan pendidikan ini sebetulnya bisa didapatkan dari dalam keluarga sendiri.

Kita sering melihat atau bahkan mengalami sendiri, saat mengalami berbagai cobaan hidup, biasanya banyak orang yang mengalami ketegangan, kekecewaan/frustasi, atau konlfik-konflik, baik konflik yang muncul secara intern yaitu dalam diri sendiri maupun konflik antar manusia. Bila hal ini terjadi secara terus menerus tanpa penyelesaian yang optimal maka akhirnya tidak mustahil akan muncul suatu gangguan mental, terutama bagi orang-orang yang mempunyai potensi/ kecenderungan untuk timbulnya gangguan mental.

Ditengah kehidupan globalisasi seperti sekarang ini, orang-orang asyik berpacu dan bersaing ketat dalam perlombaan hidup, sehingga dalam suasana hidup yang serba konfetitif itu, biasanya sering diwarnai oleh fenomena-fenomena tingkah laku (TL) yang tidak wajar, seperti: TL criminal, TL spekulasi, manipulasi atau cara-cara hidup (gaya hidup) yang mengandung bahaya, dll.

Tingkah laku tersebut pada pernyataanya banyak menimbulkan ketakutan dan ketegangan sehingga dapat menjadi bibit timbulnya berbagai penyakit.

Gangguan Mental
Penyakit mental atau gangguan mental secara umum merupakan ketidakmampuan sesorang untuk mengadakan adaptasi (penyesuaian) terhadap lingkungan. Biasanya ditandai dengan munculnya ketakutan, kecemasan banyak kesulitan dan konflik baik dalam dirinya maupun konflik dengan orang lain.

Selalu iri hati, dengki, curiga yang berlebihan, rasa marah yang meledak (mudah emosional) dan ketegangan batin. Sakit mental umummnya merupakan bentuk pada ketenangan batin dan ketentraman hati.

Sedangkan pribadi yang sehat mental biasanya berTL serasi, tepat (adekwat) mampu untuk berusaha beradaptasi terhadap lingkungannya (keluarga dan masyarakat) juga sikapnya bisa diterima pada umumnya. Sikap pada umumnya sesuai dengan norma dan pola hidup kelompok masyarakatnya. Sehingga terjadi relasi interpersonal dan intersosial yang baik dan lancar (hubungan dengan manusia yang baik dan memuaskan).

Dalam hal ini bukan berarti tidak ada konflik dengan orang lain, tetapi bila terjadi konflik/problem, dia dapat menyelesaikan dengan optimal sehingga tidak merugikan/menyakitkan orang lain.

Untuk membentuk kesehatan mental yang baik, ternyata sarana utamanya, terdapat pada keluarga. Karena keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Pola TL pikiran dan cara mengekpresikan diri pada ayah dan ibu dapat mencetak pola yang hampir sama pada anggota-anggopta keluarga lainnya. Maka interaksi didalam keluarga sangat besar pengaruhnya pada proses pembentukan TL, dan sikap anggota keluarga terutama bagi anak-anak.

Jika ayah dan ibu agresif mudah marah, otoriter, egoisme, dan mau menang sendiri , tidak mau menghargai pendapat orang lain, maka sikap ini akan merangsang kemunculan reaksi-reaksi emosional yang implusif dan eksplosif.

Anak-anak akan meledak-ledak pula. Bahkan bagi anak-anak tertentu akan diekspresikan berupa agresivitas tetapi ada juga yang ditekan/ditahan kedalam diri sehingga anak terlihat seperti gejala depresi (tertekan).

Inilah yang mengindikasikan adanya ketidaksehatan mental pada anak-anak. Kehidupan keluarga memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian anak untuk menggapai keseimbangan batin dan sehat mental.

Bila seseorang seringkali menemui jalan buntu dan tidak mampu memecahkan kesulitannya, dia akan mengalami ketegangan dan konflik batin. Dalam jangka panjang. Bila tidak disalurkan, akan menimbulkan macam-macam bentuk gannguan mental, baik ringan maupun berat. Waliyadlu Billahi.