Loading...

17 April 2010

FatahKun

Iman Kepada Malaikat

malaikat
Secara bahasa, iman berarti pembenaran secara umum, sedangkan definisi secara syari’at merupakan ungkapan pembenaran kepada Allah, para malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik maupun yang buruk. Iman itu sendiri mencakup ucapan dan perbuatan, baik berupa ucapan hati maupun lisan serta amal yang meliputi amalan hati, lisan, serta anggota badan. Menurut pemahaman ahlu sunnah wal jama’ah, iman seseorang akan bertambah disebabkan ketaatan dan akan berkurang karena suatu kemaksiatan. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS. Al-Anfal: 2-4).

Menurut makna bahasa, malaaikatun adalah bentuk jamak dari malakun. Menurut suatu pendapat, ia berasal dari kata ulukatu yang bermakna risalatu atau pengutusan, dan ada yang menyatakan dari kata la-aka yang bermakna arsala (mengutus), dan ada pula yang berpendapat selain keduanya. Sedangkan menurut istilah, malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah Ta’ala yang Dia ciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya, serta mengerjakan semua tugas-tugas dari-Nya sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang dilangit dan di bumi, dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya, dan tiada (pula) mereka letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya: 19-20).

“Dan mereka berkata, ‘Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, ’Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tiada mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiya: 26-27).

Malaikat adalah makhluk dan hamba Allah Ta’ala, sehingga malaikat tidak memiliki keistimewaan rububiyah maupun uluhiyah. Allah menciptakannya dari cahaya serta memberikannya kekuatan untuk melaksanakan ketaatannya itu. Allah Ta’ala berfirman, “…dan malaikat yang ada disisi-Nya, mereka tidak angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih, mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya: 19-20).

Oleh karena itu, beriman kepada malaikat adalah membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Ta’ala memiliki malaikat yang benar-benar ada. Kita beriman dengan nama-nama mereka yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada mereka. Sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, maka kita beriman kepada mereka secara global. Begitu juga kita mengimani sifat dan amal perbuatan mereka sesuai dengan apa yang kita ketahui (dari nash-nash dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah). Dengan demikian kita wajib untuk mengimani seluruh berita yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah yang shahih, yang menerangkan tentang sifat-sifat dan jenis-jenis mereka. Kita mengimani bahwa mereka memiliki sayap dua, tiga, atau empat. Dan Allah menambahkan dalam penciptaan mereka sekehendak-Nya. Kita mengimani bahwa di antara mereka ada yang bertugas menyampaikan wahyu, yaitu Jibril. Kemudian ada yang bertugas menurunkan hujan, yaitu Mikail, serta ada yang bertugas meniup sangkakala, yaitu Israfil. Selain itu juga terdapat malaikat yang bertugas menyabut nyawa, yaitu malaikat maut. Di antara mereka ada juga yang bertugas sebagai malaikat penjaga, dan ada juga yang malaikat Al-Kiram Al-Katibun (malaikat mulia pencatat amal). Ada malaikat yang bertugas mengurusi fitnah kubur, kemudian terdapat malaikat yang bertugas menjaga surga atau neraka. Begitu juga terdapat malaikat yang bertugas untuk mengusung ‘Arsy Allah Ta’ala.

Dengan demikian, iman kepada malaikat mengandung empat unsur yang meliputi:

  1. Mengimani wujud mereka
  2. Mengimani mereka secara umum, baik mereka yang telah kita ketahui nama-namanya dari Al-Qur’an maupun sunnah yang shahih, maupun yang tidak kita ketahui nama-nama mereka.
  3. Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali. Seperti bentuk malaikat Jibril yang pernah dilihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang memiliki 600 sayap hingga sayapnya tersebut menutupi ufuk.
  4. Mengimani tugas-tugas yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka seperti bertasbih dan menyembah Allah Ta’ala siang dan malam tanpa lelah.

Malaikat memiliki jumlah yang begitu banyak, dan tidak diketahui jumlahnya kecuali hanya oleh Allah Ta’ala. Dalam hadits Anas yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim tentang kisah isra’ dan mi’raj, Allah Ta’ala memperlihatkan Al-Baitul Ma’mur yang ada di langit kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dalamnya terdapat 70.000 malaikat yang setiap hari melakukan shalat. Siapapun yang telah masuk ke tempat itu, maka tidak kembali lagi.

Adapun buah iman kepada malaikat yaitu:
  1. Mengetahui keagungan Allah, kekuatan, dan kekuasaan-Nya.
  2. Rasa syukur kepada Allah atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga menugaskan para malaikat untuk memelihara, mencatat amal-amal, serta berbagai ke-maslahat-an lainnya.
  3. Mencintai malaikat atas apa yang telah mereka laksanakan seperti ketaatan dalam beribadah kepada Allah, serta berdo’a dan beristighfar bagi orang-orang beriman.