Loading...

15 February 2010

FatahKun

Tegar dalam Menghadapi Ujian



Kehidupan manusia di dunia ini tidak akan terlepas dari ujian karena ujian adalah sunnah Allah sebagaimana yg ditegaskan dalam firman-Nya 

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan “Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yg dusta.” .  (QS. Al Ankabut : 2-3)

Dalam ayat di atas Allah SWT menyatakan bahwa keimanan yg telah kita ikrarkan akan diuji oleh Allah SWT. Ujian itu bisa berbentuk sakit miskin kematian rasa takut bencana alam godaan kekafiran dan lain sebagainya. Dari ujian yg diberikan ini akan dapat diketahui apakah keimanan yg kita ikrarkan itu benar atau dusta

Keimanan bagi seorang muslim adalah sesuatu yg sangat bernilai harganya. Dengan keimanan amalan dan perbuatan seseorang menjadi bernilai di hadapan Allah SWT. Karena itu Islam menganjurkan agar seorang muslim mempertahankan keimanan ini dari segala hal yg dapat menghancurkannya. Jangan sampai hanya karena perkara dunia lalu kita harus menggadaikan keimanan kita. Dalam hal ini Rasulullah saw telah memberikan contoh kepada kita betapa beliau tegar dan tegas dalam mempertahankan keimanan ini. Ketika Rasulullah saw mendapat tawaran dari orang kafir utk mengadakan ibadah bersama satu hari bersama orang muslim dan hari yg lain bersama orang kafir maka dengan tegas Rasulullah menolak tawaran yg merusak keimanan ini. Hal ini sebagaimana wahyu yg telah Allah SWT turunkan kepada beliau dalam surat Al-Kafirun ayat 1-6 

“Katakanlah hai orang-orang kafir aku tidak akan menyembah apa yg aku sembah Dan kamu bukan penyembah apa yg aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yg kamu sembah dan kamu tidak pernah menjadi penyembah apa yg aku sembah untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”

Demikian pula yg dikatakan oleh Rasulullah saw manakala pamannya Abu Thalib menyampaikan permintaan orang kafir agar beliau menghentikan dakwahnya. Maka beliau bersabda 

“Demi Allah wahai pamanku seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini maka aku tidak akan meninggalkannnya sehingga Allah menampakkannya atau menghancurkan yg lain.” 

Kita bisa melihat betapa tegasnya Rasulullah saw dalam mempertahankan keimanan ini. Maka apa yg dilakukan oleh Rasulullah saw ini kemudian memberikan pengaruh yg cukup lekat di hati dan sanubari para sahabat sebagaimana yg terjadi dalam Perang Khandaq. Di saat orang munafik hampir saja mengadakan perdamaian dgn kabilah Banu Ghatfan dgn memberi sepertiga hasil kurma Madinah. Maka berkatalah dua Sa’ad yaitu Sa’ad bin Muaz pemuka suku Aus dan Sa’ad bin Ubadah pemuka suku Khazraj “Ya Rasulullah dahulu ketika kami dan mereka masih dalam keadaan menyekutukan Allah dan menyembah berhala dan mereka tidak pernah menerima kurma dari kami selain dgn jalan hutang atau beli. Apakah kini setelah Allah memuliakan kami dgn Islam dgn memberi petunjuk kami kepada Islam serta kami bangga dgn engkau dan Allah akan kami berikan harta kami kepada mereka? Demi Allah kami tidak perlu berdamai. Demi Allah kami tidak rela memberikan kepada mereka sesuatu selain pedang sampai Allah memutuskan sesuatu antara kami dan mereka.” Peristiwa ini lalu dikomentari dalam beberapa kitab tafsir “Tidaklah Rasulullah saw meridhai perdamaian itu melainkan beliau ingin menguji keteguhan orang-orang Anshar ketabahan hati dan kekuatan izzahnya. Maka Rasulullah saw melihat pada dua Sa’ad ini apa yg menyenangkan hatinya.” Demikian pula yg dilakukan oleh Ka’ab bin Malik manakala diboikot oleh kaum muslimin krn tidak ikut serta dalam perang Tabuk. Selama 50 hari tak ada seorang pun yg menyapa menegur memberi salam dan menjawab salamnya. Maka bumi ini terasa begitu sempit baginya. Lalu manakala ia tengah berjalan-jalan di pasar ia mendapati seorang petani dari Syam yg biasa menjual makanan di pasar Madinah bertanya “Siapakah yg suka, menunjukkah kepada saya Ka’ab bin Malik.” Maka semua orang yg ditanya menunjuk kepada saya. Kemudian orang itu mendekati saya sambil membawa sepucuk surat dari Raja Ghassan yg didalamnya berisi ” Sebenarnya saya telah mendengar bahwa kamu telah diboikot oleh teman-temanmu dan Allah tidak menjadikan kamu orang yg terhina maka datanglah kepada kami tentu kami akan menerimamu. Apakah yg dilakukan oleh Ka’ab mendapat tawaran seperti itu? Apakah ia akan menjual agamanya apakah dia akan bergabung dgn orang-orang kafir dan mencari kemulaian di sana sebagaimana yg dikatakan oleh orang-orang?”“Ini juga sebagai ujian.” Lalu ia pergi ke tempat api dan membakar surat itu. Mengapa ia membakar surat itu? karena ia tahu bahwa Rasulullah saw adalah sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam surat Al-Baqarah Allah SWT berfirman  Tidak tetapi yg dikatan oleh Ka’ab adalah

“Sekali-kali orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela terhadap kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka.” 

Dalam ayat di atas jelas bahwa upaya orang-orang Nasrani dan Yahudi untuk menghancurkan keimanan kita akan senantiasa terus ada. Maka yg terpenting bagi kita adl tetap tegar untuk mempertahankan keimanan ini. wallahu a’lam bishowab