Perempuan kerap diidentikan dengan keindahan, kelemahlembutan, kecantikan, dan sebagainya. Hal ini berdasarkan karakter perempuan yang secara umum memang demikian, meskipun tidak semua perempuan memiliki karakter seperti ini. ٍٍSementara itu, senada dengan pandangan umum Islam memandang perempuan sebagai perhiasan dunia yang paling indah. Namun, tidak semua perempuan masuk kategori ini. Hanya perempuan istimewa saja yang masuk golongan ini, yakni perempuan salehah. Kenapa demikian? Dalam ungkapan lain, perempuan disebutkan sebagai tonggaknya negara. Begitu besarnyakah peran perempuan hingga diidentikan dengan sesuatu yang luar biasa besar?
Jika Islam telah berbicara mengenai sesuatu, tentu hal itu memiliki makna yang mendalam serta latar belakang yang sangat rasional. Perhiasan yang dianalogikan terhadap perempuan salehah, tentu tidak hanya sekedar aksesori belaka, seperti halnya perhiasan yang biasa menempel di bagian tubuh tertentu, cincin umpamanya. Tentu kita mengerti bahwa perhiasan semacam itu boleh dipakai bagi yang memilikinya dan berkepentingan, namun tidak juga menjadi persoalan bagi orang yang tidak mengenakannya.
Perhiasan yang diibaratkan kepada perempuan salehah juga tidak akan mengundang berbagai aksi kejahatan layaknya perhiasan emas atau sejenisnya. Sebaliknya, kehadirannya justru akan senantiasa dirindukan sepanjang zaman dan ketiadaannya akan ditangisi seisi alam. Mengapa demikian?
Perempuan solehah, apapun statusnya dan di mana pun dia berada akan senantiasa memberi warna tersendiri bagi lingkungan sekitarnya. Keberadaannya membuat dunia terasa begitu indah. Sebagai seorang anak dia akan menjadi putri kebanggaan yang senantiasa hormat dan patuh kepada orang tua. Ia akan menjadi “aset” pahala bagi kedua orang tuanya, bahkan ketika orang tuanya sudah meninggal dunia. Hal berdasarkan sebuah hadis Rasulullah Saw.,
إِذَا مَاتَ ابْنُ اَدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika seseorang meninggal, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: sadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak saleh yang mendoakannya”.
Sebagai seorang istri, ia akan menjadi penyejuk hati suaminya. Pengobat jiwa ketika sang suami dihinggapi rasa lelah. Penjaga harta suami yang baik dan amanah. Perangainya tentu akan menjadi panutan yang baik bagi yang lain. Bersamanya, sang suami akan merasa selalu ada penyemangat luar biasa bagi segala aktivitasnya sehingga selalu saja ada gairah baru untuk menghadapi dunia. Dari sini, keharmonisan rumah tangga akan berpangkal.
Sebagai seorang ibu, ia akan menjelma menjadi perempuan tangguh yang mampu menjaga putra-putrinya dari kerikil-kerikil tajam di sepanjang jalan kehidupan serta mendidik mereka sehingga mampu menghadapi dunia yang semakin gencar menawarkan berbagai kebahagiaan fana sekaligus semakin jauh dari tuntunan agama. Ia tidak akan pernah rela meninggalkan generasi penerus yang lemah sebagaimana firman Allah yang tertera dalam surat Al-Nisa ayat 9.
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Pengertian lemah di sini, di antaranya menyangkut masalah akhlak, mental, serta ilmu. Sebuah negara ataupun agama akan bisa berdiri tegak dan memiliki harga diri di hadapan negara dan agama lain, antara lain dikarenakan akhlak rakyat dan para penganutnya, meskipun pada akhirnya semua itu kembali kepada kuasa Allah Swt. sementara itu, pribadi-pribadi tangguh yang mampu menegakkan panji-panji agama serta membangun kehormatan negara tersebut pada umumnya terlahir dari sebuah keluarga yang tangguh pula. Oleh karena itu, sosok ibu sangat berpengaruh besar dalam hal menyiapkan pribadi-pribadi tangguh tersebut di lingkungan rumahnya sendiri, karena pada umumnya tugas seorang ayah untuk menafkahi keluarga lebih banyak menuntutnya berada di luar rumah.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka tidak heran jika Islam memberikan penghargaan yang luar biasa kepada kaum perempuan yang melakukan kewajibannya dengan baik. Kita tidak perlu jauh-jauh memaksakan diri pergi ke negeri-negeri perang untuk ikut berjihad sebagaimana laiknya kaum laki-laki Ketika ia sudah menjadi seorang istri dan seorang ibu, pengabdian serta pengorbanannya di rumah suaminya dinobatkan sebagai sebuah jihad.
Artinya, pintu surga bagi kaum perempuan sudah sangat jelas dan terbuka lebar. Yang harus kita lakukan adalah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan tiket masuknya. Dan hal itu tidak lain dengan berusaha menjadi anak yang baik dan patuh kepada kedua orang tua, istri yang taat pada suami, serta ibu yang baik dan tangguh bagi putra-putrinya.. Oleh karena itu, kita bisa mulai dari sekarang juga untuk meraih tiket surga tersebut.